Kami meminta warga Semarang jangan risau dengan isu vaksin palsu. Sepanjang vaksinasi dilakukan di puskesmas dan rumah sakit adalah menggunakan vaksin asli
Semarang (ANTARA News) - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memastikan seluruh puskesmas dan rumah sakit di wilayah tersebut aman dari dugaan peredaran vaksin palsu yang meresahkan masyarakat.

"Kami meminta warga Semarang jangan risau dengan isu vaksin palsu. Sepanjang vaksinasi dilakukan di puskesmas dan rumah sakit adalah menggunakan vaksin asli," katanya di Semarang, Selasa.

Hal tersebut diungkapkan Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi saat meninjau Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Semarang, menyikapi penangkapan dua tersangka vaksin palsu di Semarang.

Menurut dia, pengadaan obat dan vaksin di seluruh puskesmas dan rumah sakit milik Pemerintah Kota Semarang langsung dari produsen dan beberapa melalui "e-catalog" dari distributor resmi.

Demikian pula dengan RS-RS swasta, kata dia, banyak juga yang mengambil vaksin dari instalasi farmasi tersebut sehingga bisa dijamin keasliannya dan tidak perlu risau atas isu vaksin palsu.

Berkaitan dengan adanya penangkapan dua tersangka vaksin palsu di Semarang, ia sudah meminta kepala Dinkes untuk mengumpulkan informasi dan melakukan pendataan distribusi vaksin.

"Mereka ini menyebarkan vaksin palsu di mana? Diedarkan ke mana? Kalau mungkin ada praktik pribadi atau klinik swasta yang dimasuki (vaksin palsu) bisa disetop peredarannya," katanya.

Kalau ada masyarakat yang masih ragu dengan vaksinasi yang sudah pernah dilakukan, terutama untuk periode 2003-2015, kata dia, bisa mendatangi puskesmas untuk divaksinasi ulang gratis.

"Bisa langsung menghubungi puskesmas. Kami akan siapkan vaksin ulang secara gratis. Namun, kan ada beberapa vaksin yang periode pemberiannya diatur sehingga diperiksa dulu di puskesmas," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Semarang dr Widoyono membenarkan instalasi farmasi itu juga menyuplai vaksin dan sejumlah obat-obatan untuk RS di Semarang, baik negeri maupun swasta.

"Dari media disebutkan vaksin palsu itu oplosan antibiotik dan cairan infus. Dari bahannya, sebenarnya tidak berbahaya. Kalau berbahaya, tidak mungkin (peredaran) bertahan sampai 13 tahun," katanya.

Namun, kata Widoyono, proses pembuatan vaksin palsu yang tidak steril justru yang bisa membahayakan, sebab rawan kemasukan kuman-kuman yang bisa menyebabkan infeksi dan penyakit.

Sebelumnya, dua tersangka kasus peredaran vaksin palsu berinisial T dan M ditangkap di Semarang oleh Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Badan Reserse Kriminal Mabes Polri.

Vaksin-vaksin palsu tersebut diduga telah beredar di wilayah Jakarta dan sekitarnya, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016