Nairobi, Kenya (ANTARA News) – Satu ladang gas helium (He) yang baru saja ditemukan di Tanzania dianggap sebagai terobosan oleh para ilmuwan dan perusahaan yang berharap bisa mengeksplorasinya, Selasa (28/06).

Helium adalah gas langka yang digunakan dalam pemindai medis, riset ilmiah, pesawat antariksa, balon udara dan teleskop –serta balon pesta dan untuk efek suara lucu– dan diduga konsumsi di dunia jauh lebih banyak dibandingkan dengan produksinya.

Oleh karena itu, muncul kekhawatiran dunia akan kekurangan suplai helium, demikian AFP.

Temuan cadangan gas helium sebanyak 1,53 miliar meter kubik di Tanzania selatan itu bisa memenuhi permintaan dunia selama hampir tujuh tahun dalam tingkat penggunaan saat ini.

“Kami sudah mengambil sampel gas helium dan nitrogen, menggelembung begitu saja dari dalam tanah,” kata Chris Ballentine, profesor di University of Oxford yang turut menguji kedua gas itu. Dia menambahkan temuan itu cukup untuk mengisi lebih dari 1,2 juta pemindai MRI.

“Ini terobosan untuk masa depan ketahanan kebutuhan helium masyarakat dan mungkin tidak lama lagi akan ada penemuan serupa di masa mendatang.

Gas helium banyak dipergunakan untuk kepentingan kriogenik, sistem mekanika fluida, pengelasan, teknologi serat optik dan semikonduktor, aeronotika, kesehatan, dan lain-lain. Amerika Serikat adalah pemakai gas helium paling banyak, disusul Eropa, dan lingkar Pasifik. 

Diduga, aktivitas vulkanik di Lembah Rift di wilayah Tanzania menciptakan suhu tinggi yang diperlukan untuk pelepasan gas helium dari bebatuan kuno, menyebabkan gasnya bisa naik dan terjebak di dekat permukaan dan membuatnya siap untuk dieksploitasi.

Perusahaan penambangan Norwegia, Helium One, yang bekerja sama dengan para ilmuwan dalam sebuah teknik eksplorasi baru yang diakreditasi dengan pencarian dan memiliki tiga ijin prospek di Tanzania mengklaim telah menemukan "provinsi yang mengandung helium penting secara global".

Kegunaan helium di riset sains berasal dari sifat helium itu sendiri yang stabil, gas mulia yang menjadi cair di suhu minus 269 derajat Celsius (452 derajat Fahrenheit), suhu paling rendah dari semua unsur kimia. Biasanya hanya ditemukan dalam jumlah yang sedikit sebagai produk sampingan dari pengeboran minyak dan gas.

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016