Negara dikalahkan oleh pengusaha pemegang kartel sembako,
Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR dari PDI Perjuangan Arteria Dahlan meminta pemerintah mendominasi kontrol terhadap harga dan ketersediaan sembilan bahan pokok (sembako) untuk meringankan beban masyarakat.

"Pemerintah harus mereposisi kebijakan perekonomian nasional yang menghadirkan nasionalisme Indonesia dimana kontrol pemerintah untuk sembako lebih dominan dan tidak begitu mudahnya diserahkan kepada mekanisme pasar," ujar Arteria di Jakarta, Kamis.

Dia menegaskan Bung Karno telah menyatakan ketahanan pangan merupakan substansi kedaulatan bangsa. Namun pemerintah abai dengan ketahanan pangan sehingga negara tidak mampu mengatasi gejolak pasar, khususnya pada bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran.

"Ini kan ironi, di negeri kaya-raya gemah ripah loh jinawi ini ternyata harga pangan stabil mahalnya, pasar begitu mudahnya terdistorsi bukan dikarenakan hal yang signifikan. Negara dikalahkan oleh pengusaha pemegang kartel sembako, dan dilemahkan dengan mandul dan tidak jelasnya tata niaga serta tata kelola logistik," urainya.

Dia menyayangkan meskipun Indonesia telah memiliki Badan Urusan Logistik (Bulog), namun stok beras nasional dikendalikan oleh pihak swasta.

"Jadi jangan bicara kedaulatan kalau konstituen perut kita masih di tangan orang lain," jelas dia.

Arteria meminta pemerintah secara serius menerbitkan crash program yang subtantif, bukan layaknya pasar murah melainkan langsung menuju ke sasaran seperti menjaga arus distribusi logistik yang berorientasi pada keseimbangan produksi dan kebutuhan.

Selain itu, menurut dia, perlu adanya pengendalian stok logistik yang berpihak pada kepentingan rakyat, operasi pasar yang berkelanjutan serta pemberantasan kartel, spekulan dan penimbun sembako yang terbukti memainkan harga di pasaran.

"Stabilnya kenaikan harga menjelang Lebaran jangan dilegitimasi sebagai ritual tahunan atau pembenaran, itu namanya melegitimasi kegagalan," tegas dia.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016