Kepada Pemerintah Pusat kita berharap kalau tetap peredaran uang paling banyak di Jakarta orang akan datang ke Jakarta. Ibaratnya `ada gula ada semut`
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, setiap tahun 45-50 ribu pendatang baru menyerbut Jakarta, terutama pada arus milir.

"Oleh sebab itu kalau balik ke Jakarta jangan bawa keluarga dan teman yang baru. Kenaikan jumlah penduduk di Jakarta bukan karena kelahiran tapi karena urbanisasinya tinggi," kata Djarot di Jakarta, Jumat.

Dia mengharapkan pendatang baru memiliki keterampilan dan mereka tetap tunduk pada peraturan wajib lapor.

"Kami tetap memberlakukan kepada warga pendatang untuk tetap melapor dan diberikan tenggang waktu enam bulan. Kalau dalam waktu itu belum dapat bekerja dan menghasilkan agar kembali ke daerahnya," kata Djarot.

Jakarta adalah kota terbuka yang merupakan ibu kota negara, tapi bukan berarti tidak terkontrol, tapi terbuka dan terkendali. "Maka Pemprov DKI Jakarta akan mempersiapkan sistem pengendali untuk pendatang," katanya.

"Tentunya masalah ini tidak dapat diselesaikan sendiri oleh Jakarta, tapi oleh Pemerintah Pusat. Maka pembangunan di daerah bisa berkembang baik ciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Jakarta," sambung Djarot.

Dengan melakukan pengembangan potensi di masing-masing daerah, para calon pendatang baru itu seharusnya bisa bekerja di wilayah masing-masing dan tidak harus ke Jakarta.

"Kepada Pemerintah Pusat kita berharap kalau tetap peredaran uang paling banyak di Jakarta orang akan datang ke Jakarta. Ibaratnya ada gula ada semut," katanya.

"Jakarta itu ibarat satu lampu terang sekali, yaitu petromax di kegelapan seperti di sawah dan laron berdatangan, maka mari kita ciptakan petromak di daerah," kata Djarot menawarkan solusi.

Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016