New York (ANTARA News) - Harga minyak mengakhiri minggu bergejolak dengan kenaikan pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena krisis penyanderaan di Bangladesh menghidupkan kembali kekhawatiran tentang risiko politik dan implikasinya bagi pasokan minyak.

Sejumlah pria bersenjata menyerbu sebuah restoran yang ramai di ibukota Bangladesh, Dhaka, pada Jumat malam, menyandera para pengunjung dan memicu baku tembak dengan polisi, kata para petugas.

Analis mengatakan pasar minyak sudah gelisah setelah serangan bunuh diri pada Selasa di bandara Istanbul di Turki, yang mengakibatkan 44 orang tewas.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik 66 sen menjadi berakhir di 48,99 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September, patokan global, menguat 64 sen menjadi menetap di 50,35 dolar AS per barel di perdagangan London.

Para investor ingin bermain aman sebelum libur panjang akhir pekan, dengan pasar AS ditutup pada Senin (4/7) untuk liburan Hari Kemerdekaan AS, kata konsultan industri energi Andy Lipow.

Lipow mengatakan minyak juga diperkirakan menerima dukungan dari kenaikan penggunaan bensin pada musim panas ini, karena lebih banyak pengendara diuntungkan dari harga bensin lebih rendah di SPBU dan memilih untuk melakukan perjalanan darat daripada perjalanan udara.

Perdagangan Jumat menutup gejolak harga minyak yang telah terjadi selama seminggu. Penurunan harga terjadi sebagai respons atas pilihan Inggris pada 23 Juni untuk meninggalkan Uni Eropa, namun kembali pulih pada Selasa.

Brexit dipandang sebagai penghambat untuk pertumbuhan global, meskipun ada perdebatan di antara para ekonom tentang sejauh mana dampaknya.

Sebagian besar analis masih melihat pasar minyak kelebihan pasokan karena tingginya produksi di produsen-produsen utama OPEC, walaupun ada gangguan pasokan di beberapa negara penghasil minyak utama, seperti Nigeria dan Kanada.

Kenaikan harga minyak juga didukung oleh melemahnya dolar AS yang meningkatkan sentimen investor, karena membuat minyak dalam denominasi dolar lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.

Harga minyak mentah juga didukung data terakhir yang menunjukkan persediaan minyak mentah AS telah turun untuk minggu keenam berturut-turut.

Badan Informasi Energi AS mengatakan dalam laporan mingguannya pada Rabu bahwa persediaan minyak mentah AS turun 4,1 juta barel menjadi 526,6 juta barel dalam pekan yang berakhir 24 Juni, demikian seperti dikutip dari AFP dan Xinhua.

(Uu.A026)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016