Saya ingin punya warung bakso, istri saya kan jago masak dan bakso bikinannya enak sekali. Saya sudah capek sama politik."
Jakarta (ANTARA News) - "Saya ingin punya warung bakso, istri saya kan jago masak dan bakso bikinannya enak sekali. Saya sudah capek sama politik."

Dari ribuan kalimat wawancara dengan Husni Kamil Manik, selama meliput di lingkungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sejak empat tahun belakangan ini, kalimat itu tiba-tiba terlintas di benak penulis sesaat setelah mendengar kabar duka kepergiannya untuk selamanya.

Ya, sejak masa persiapan dan pelaksanaan kegiatan pemilihan umum (pemilu), baik itu pemilu anggota legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden, Husni dan enam komisioner KPU lainnya memang dekat dengan para pewarta.

Semua jenis pertanyaan yang dilontarkan para pekerja media selalu dijawabnya dengan sabar dan tenang. Bahkan, jika di antara kami masih belum puas dengan penjelasannya, dengan murah hati Husni mempersilakan para pewarta untuk menemuinya ke ruang kerjanya.

Dengan telaten, Husni akan menjawab semua pertanyaan wartawan dan bahkan tidak segan menjelaskan mengenai tren politik yang terjadi di Indonesia melalui proses pemilihan umum.

Sepak terjangnya di dunia kepemiluan memang tidak dapat dipungkiri lagi. Sejak tercatat sebagai mahasiswa program Sarjana Sosial Ekonomi di Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Husni muda sudah aktif dalam berbagai kegiatan politik di kampus.

Setelah menyelesaikan program sarjananya, Husni pun juga sering terlibat dalam kegiatan pemantauan pelaksanaan pemilihan umum. Pemilu pertama yang dia amati adalah pada tahun 1999, dimana pada saat itu dia tergabung dalam Forum Rektor Seluruh Indonesia.

Karir kepemiluannya tercatat sebagai Anggota Pembina Aliansi Pemantau Pemilu Independen (APPI) Sumatera Barat pada 1999; Koordinator Divisi Sosialisasi, Pengembangan, Pendidikan dan Penyebaran Informasi KPU Sumatera Barat pada 2003 - 2008; Ketua Pokja pada Pemilihan Gubernur Sumatera Barat dan Pilpres di wilayah Sumatera Barat, dan masih banyak karir politik kepemiluan lainnya.

Dia juga sering membuat karya tulis yang dimuat di harian nasional dengan judul Perpustakaan Pemilu, Politisasi Perempuan dan Suara Terbanyak, Caleg Terpidana, Demam Democracy 2.0 dan Sosialisasi Pemilu 2009, Penyuluh Pemilu, Saatnya Pemilih Mencentang, Transparansi Dana Kampanye, Politik Anggaran dan Anggaran Politik, Pemilu Kepala Daerah Serentak 2010 serta Liarnya Isu Partisipasi Pemilih.

Pengalamannya dalam kegiatan kepemiluan itu membawa Husni terpilih sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Sumatera Barat selama dua periode, yakni pada 2003 - 2008 dan 2008 - 2013.

KPU telah menjadi bagian dari sejarah kehidupan pria kelahiran Medan, 18 Juli 1975 itu. Pada saat dia menjadi staf di Kantor KPU Kota Padang, Husni bertemu dengan cinta pertama dan terakhirnya yang kini menjadi ibu dari ketiga anaknya. Dia adalah Endang Mulyani, perempuan kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah.

Asal daerah istrinya itu pula yang membuat Husni bercita-cita untuk menyudahi perannya di kepemiluan dan beralih menjadi wiraswasta dengan membuka warung bakso.

Belum sempat menyelesaikan jabatan periode keduanya di KPU Provinsi Sumatera Barat, Husni harus ke Jakarta untuk mengembang amanah sebagai Ketua KPU RI 2012 - 2017. Husni pun tercatat sebagai Ketua KPU RI termuda di Indonesia di usianya yang ke-37 pada saat dilantik.

Semasa jabatannya di KPU Pusat, Husni merupakan sosok pemimpin yang begitu tenang, apalagi di tengah hiruk pikuk Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada 2014 lalu.

Bahkan, selama proses rekapitulasi perolehan suara Pemilu Legislatif dan Pilpres yang berlangsung alot sekali pun dia tetap tenang.

Juga ketika muncul isu terkait tuduhan bahwa dia adalah saudara ipar Wakil Presiden Jusuf Kalla, Husni tenang-tenang saja karena memang tidak ada kaitannya antara jabatannya dengan hasil Pilpres pada saat itu.

Kepada para wartawan, Husni tidak jarang dicecar pertanyaan-pertanyaan yang mendiskreditkan dirinya. Namun dia tetap berusaha menjawab pertanyaan tersebut dengan santai dan tidak pernah tersulut emosinya.

Kini, sosok tenang dan berwibawa itu sudah tiada. Husni Kamil Manik meninggal dunia Kamis malam (7/7) pukul 21.10 WIB di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) karena sakit.

Beberapa tahun terakhir, Husni mengaku terkena diabetes, sehingga itu membuat dia harus menjalani pola makan diet dan rajin berolahraga supaya gula darahnya terjaga.

Namun penyakit yang dideritanya itu tidak banyak diketahui oleh orang di sekitarnya. Di hadapan kerabat dan sahabat, dia tidak pernah menunjukkan rasa sakitnya.

Beberapa saat sebelum meninggal dunia, Husni menyempatkan diri menghadiri acara buka puasa bersama Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) dan Keluarga Besar Masyarakat Sumatera Barat di Istana Wakil Presiden Jakarta Pusat.

Dalam kesempatan itu, Husni masih tampak bugar dan bercengkerama dengan sahabat-sahabatnya.

Namun, kehendak Tuhan berkata lain. Rabu malam (6/7), usai merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga, Husni mengeluhkan kondisi tubuhnya yang melemah sehingga harus dibawa ke Rumah Sakit Siaga Raya di dekat kediaman dinasnya di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan.

Menurut diagnosis dokter rumah sakit, Husni menderita infeksi abses akibat virus dan menjalar ke organ tubuhnya yang lain.

Pihak RS Siaga Raya kemudian merujuknya ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) dengan peralatan dan tenaga medis yang lebih mutakhir. Sebelum berpindah ke RSPP pun Husni sempat pulang ke rumah untuk bertemu dengan anak-anaknya.

Namun, kondisi tubuh Husni semakin menurun meskipun telah dirawat di Unit Rawat Intensif RSPP, hingga akhirnya dia menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 21.10 WIB.

Pada saat menjadi komisioner KPU Provinsi Sumbar periode kedua, Husni tidak menyelesaikan jabatannya karena dia terpilih sebagai komisioner KPU RI periode 2012 - 2017.

Kini, Husni pun belum sempat menuntaskan amanahnya sebagai Ketua KPU RI karena Tuhan lebih menyayanginya dengan mengangkat semua penyakit yang dideritanya.

Selamat jalan, Pak Husni.

Oleh Fransiska Ninditya
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016