Dallas (ANTARA News) - Veteran militer Amerika Serikat yang menembak lima personel polisi Dallas merencanakan serangan lebih besar, mungkin menggunakan bahan peledak.

Ia juga mengejek polisi dan menulis di sebuah dinding dengan darahnya sebelum dilumpuhkan, kata pihak-pihak berwenang pada Ahad, seperti dikutip dari Reuters.

Micah X. Johnson menggunakan pelatihan militernya untuk menembak para personel polisi pada Kamis malam, kata Kepala Kepolisian Dallas David Brown kepada CNN. Hari itu merupakan saat yang paling mematikan bagi penegak hukum AS sejak serangan-serangan 11 Septemeber 2011.

"Kami yakin bahwa tersangka ini memiliki rencana-renacana lain," kata Brown. Ia menambahkan bahwa kematian terbaru dua pria kulit hitam di tangan polisi di Minnesota dan Louisiana mengarah kepada penembakan Texas memicu dan mempercepat rencana-rencananya serangan tersebut.

Johnson (25), seorang veteran berkulit hitam yang menjalani tugas bertempur di Afghanistan, memanfaatkan pawai spontan sebagai protes terhadap pembunuhan dua pria kulit hitam tersebut. Dengan menggunakan kendaraan SUV Tahoe berwarna hitam di depan para pengunjuk rasa, ia berhenti ketika ia melihat sebuah peluang untuk membidik polisi, ujar Brown.

Menurut dia, penggeledahan rumah Johnson menunjukkan tanda-tanda pria itu telah mempraktikkan penggunaan bahan peledak, dan bukti-bukti lain memperlihatkan ia ingin menggunakannya untuk melawan penegak hukum sebagai sasaran.

Sebelum dibunuh oleh robot yang dilengkapi bom, Johnson bernyanyi, tertawa dan mengejek para petugas, demikian Brown, yang mengatakan kepada mereka ia ingin "membunuh orang-orang kulit hitam" sebagai balasan atas pembunuhan orang-orang kulit hitam oleh polisi.

"Ia sepertinya sadar dan sangat ingin melukai para petugas lain," kata kepala polisi itu.

Pelatihan militer yang dialami Johnson membantunya menembak dan bergerak cepat, melepaskan tembakan beberapa kali sehingga polisi semula takut bahwa mereka menghadapi beberapa penembak.

Brown dengan semangat membela keputusan menggunakan sebuah robot untuk melumpuhkan pria bersenjata itu, dengan mengatakan bahwa robot itu dilengkapi bahan peledak C4. Dan dia mengatakan Johnson menulis huruf "RB" dengan darahnya di sebuah dinding sebelum sekarat.

"Kami mencoba untuk mengkaji berbagai hal yang kami temukan di rumahnya termasuk apa arti huruf-huruf itu," katanya.

(M016/C003)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016