Trenggalek (ANTARA News) - Bencana banjir bandang disertai tanah longsor melanda dua desa di wilayah pesisir selatan Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Minggu (10/7) malam dan menyebabkan beberapa fasilitas umum daerah tersebut rusak dan akses jalan antardesa terputus.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun sejumlah kerusakan fasilitas sekolah dan jembatan antardesa menyebabkan kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah.

"Kerusakan terparah terjadi pada bangunan SD Negeri 1 Bendoroto dan jembatan plapar yang ambruk diterjang banjir," kata Kepala Desa Bendoroto Ahmad Khusairi di Trenggalek, Senin.

Dampak kerusakan bangunan SDN 1 Bendoroto tergolong parah. Pantauan Antara, hampir 60 persen gedung sekolah itu ambruk dan terseret banjir di Sungai Plapar yang berada persis di belakang SDN 1 Bendoroto.

Menurut keterangan salah seorang guru kelas SDN 1 Bendoroto, Sumaji, lima ruang kelas atau ruang lokal sekolah itu hanyut terseret banjir.

Sementara tembok dua ruang kelas lain ambrol terseret struktur bangunan lain yang lebih dulu terseret arus Sungai Plapar.

"Saat saya periksa gedung sekolah ini sebelum subuh, kondisi sebagian bangunan sudah hilang. Diperkirakan gedung kelas bagian belakang ambruk diterjang banjir pada malam harinya (Minggu, 10/7)," tutur Khusairi.

Selain gedung SDN 1 Bendoroto yang rusak parah, lanjut Khusairi, banjir bandang juga menyebabkan sebuah jembatan Plapar yang berfungsi sebagai akses penghubung antardesa ambruk.

Warga kemudian memasang rangkaian kayu dengan penyangga darurat untuk menyambung ujung jalan dengan ujung jembatan yang putus sehingga tetap bisa dilalui kendaraan roda dua sebagai sarana penyeberangan darurat.

"Pada malam yang sama juga terjadi longsor yang sempat memutus akses jalan kecamatan di Desa Bangun serta Bendoroto," kata Kabag Humas Pemkab Trenggalek Yuli Prianto.

Dikonfirmasi saat sidak lokasi bencana, Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak menyatakan telah menginstruksikan langkah penanggulangan kedaruratan bencana di Desa Bangun dan Bendoroto yang terdampak paling parah.

"Tindakan awal sebagai upaya tanggap darurat bencana sudah dilakukan tim BPBD bersama aparat kepolisian, TNI dan warga dengan menyingkirkan material longsor di Desa Bangun sehingga sekarang sudah bisa dilalui kendaraan," ujarnya.

Sementara untuk kasus gedung SDN 1 Bendoroto yang ambruk, Emil menyatakan keberadaan lokasi sekolah tersebut akan dievaluasi pemerintah daerah.

Menurutnya, lokasi sekolah yang berada persis di bantaran Sungai Plapar yang berisiko meluap sudah tidak representatif untuk digunakan aktivitas belajar-mengajar.

"Kami akan pertimbangkan untuk memindah lokasi belajar-mengajar di kemudian hari. Sementara untuk langkah kedaruratan sementara, siswa akan ditampung di kelas darurat di rumah warga dan fasilitas gedung poskesdes yang ada di Desa Bendoroto," ujarnya.

Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016