Sydney (ANTARA News) - Banyak tanaman bakau yang penting di Australia Utara telah mati akibat dampak dari sistem cuaca ekstrem El Nino awal tahun ini, yang ditambah parah oleh perubahan iklim.

Kondisi tersebut akan berdampak pada industri perikanan dan pariwisata di Australia.

Tak kurang dari 7.000 hektare lahan bakau di Teluk Carpentaria di antara Negara Bagian Queensland dan Northern Territory, Australia, mati dalam waktu satu bulan. Peristiwa itu, kata Profesor dari James Cook University, Norman Duke, tak pernah terjadi sebelumnya.

Tanaman bakau penting untuk sejumlah spesies yang memiliki nilai komersial dalam perikanan serta pariwisata. 

Sementara itu, Great Barrier Reef mengalami pemutihan, dikonfirmasi melalui pengamatan udara dan satelit di sepanjang 700 kilometer garis pantai Australia.

"Kami telah menyaksikan kondisi tekanan kelembaban semacam ini yang lebih kecil sebelumnya. Tapi yang tidak biasa sekarang ialah luasnya, dan peristiwa tersebut terjadi di seluruh teluk selatan dalam waktu satu bulan," kata Duke di dalam satu pernyataan pada Senin.

"Apa yang kami saksikan ialah proses alam, tapi alam biasanya melakukan ini secara bertahap, tidak dengan kekuatan semacam ini. Kami tak pernah melihat ini sebelumnya," kata ilmuwan tersebut.

Semua bukti menunjuk kepada kondisi perubahan iklim, dan bukan cuma kepada temperatur tinggi setelah musim kering berkepanjangan di ujung Australia, yang hanya memperoleh hujan dalam satu bulan tidak seperti biasanya selama lima bulan.

"Berdasarkan semua laporan, cuaca akan makin kacau, jadi kami dapat memperkirakan peristiwa semacam ini akan menjadi lebih umum," kata Duke, sebagaimana dikutip Xinhua. Ia menyatakan sebagian spesies bakau takkan pernah pulih.

Tanaman bakau adalah habitat penting bagi perikanan komersial karena menyediakan lahan pembenihan dan perlindungan dari cuaca buruk buat spesies udang, kepiting dan beberapa spesies ikan, selain juga bermanfaat bagi industri pariwisata air di Australia.

Namun telah tersiar laporan mengenai spesies laut dan rumput laut yang mati dan terbawa air ke pantai akibat hilangnya habitat bakau, kata Duke.

"Jika itu benar, maka kura-kura dan duyung akan kelaparan dalam waktu beberapa bulan lagi," kata Duke.

(Uu.C003)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016