Data kami melaporkan telah terjadi karhutla seluas 1.400 hektare ..."
Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru melaporkan bahwa satelit tidak mampu memantau potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau, meski dalam dua hari terakhir daerahnya termasuk konsentrasi titik panas di Sumatera.

"Dari pantauan satelit, baik Terra maupun Aqua, pukul 07.00 WIB tadi titik panas dinyatakan nihil. Begitu juga pantauan pukul 16.00 WIB. Baik titik panas maupun titik api tetap dinyatakan nihil," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin, Rabu.

Lazimnya, menurut dia, kedua satelit tersebut mengalami wilayah kosong (blank area) atau tidak mampu menjangkau titik panas yang dihasilkan dari panas di bumi karena berbagai hal sebagai faktor penghalang.

Padahal, menurut dia, dalam dua hari terakhir, yakni Senin (11/7) Riau memiliki 28 titik panas dari total 65 di Sumatera dengan 16 titik api di empat kabupaten/kota dan, dan Selasa (12/7)  28 memiliki titik panas dari total 67 di Sumatera dengan 17 titik api pada empat daerah di Provinsi Riau.

Sugarin berujar, pada Rabu ini satelit cuma memantau 18 titik panas atau jauh menurun dibanding hari-hari sebelumnya 67 titik dengan tingkat kepercayaan 50 persen tersebar pada empat provinsi di Sumatera.

"Di Sumatera Selatan terpantau enam titik panas, lalu Jambi dan Bangka Belitung sama-sama memberi sumbangan lima titik panas, serta Bengkulu dua titik panas," ujarnya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau mencatat 1.400 hektare total luas  karhutla di Provinsi Riau telah terjadi mulai Januari hingga awal Juli 2016.

"Data kami melaporkan telah terjadi karhutla seluas 1.400 hektare, terutama pada sejumlah kabupaten/kota di Riau," ujar Kepala BPBD Provinsi Riau, Edward Sanger, yang juga terlibat dalam Satuan Tugas Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan Riau.

Ia mengatakan, pihaknya terus melakukan pemantauan berdasarkan data satelit, baik Terra maupun Aqua, setiap hari walau ada data yang disampaikan memiliki kelemahan tingkat kepercayaan (confidence).

"Beberapa waktu lalu di bulan Juli satelit menyebut terdapat 31 titik panas. Dari jumlah itu tingkat confidence di atas 70 persen ada enam hingga tujuh titik. Begitu kita periksa di lapangan, ternyata tidak ditemukan," ujarnya.

Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman telah menginstruksikan seluruh pihak terkait, terutama dalam penanggulangan kebakaran lahan dan hutan harus terus berjalan dan tidak berhenti, meski kini dalam masa libur bersama terkait perayaan Idul Fitri 1437 Hijriah.

"Mereka bisa bagi tugas, karena yang di posko Siaga Darurat Kebakaran Lahan saja tidak ada libur Lebaran," ujarnya.

Pemerintah Provinsi Riau memutuskan untuk memperpanjang status siaga darurat kebakaran lahan dan hutan yang berlaku sejak Juni 2016 hingga 30 November 2016.

"Sesuai hasil evaluasi awal pekan lalu, kita sepakat untuk memperpanjang status siaga karlahut," kata Komandan Satuan Tugas (Satgas) Karhutla Riau, Brigjen TNI Nurendi.

Ia menambahkan, perpanjangan status tersebut sebagai upaya untuk memaksimalkan pencegahan penanggulangan Karhutla yang saban tahun terjadi di Riau selama 18 tahun terakhir.

Pewarta: Muhammad Said
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016