Memang sekarang opsi terbaik bagi kita masih negosiasi."
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamananan Luhut Binsar Panjaitan mengatakan kapal-kapal tongkang berukuran kecil untuk mengekspor batu bara ke Filipina akan diprioritaskan pengamanannya, menyusul peristiwa penyanderaan warga negara Indonesia (WNI) oleh kelompok bersenjata.

"Kadang-kadang tongkang-tongkang ini nakal juga. Dia memotong jalur lalu kena penyanderaan. Nah, sekarang kita mau disiplinkan dia di situ," ujarnya usai memimpin Rapat Paripurna Tingkat Menteri (RPTM) tentang Pusat Krisis Pembebasan Sandera WNI di Kemenkopolhukam, Jakarta, Kamis.

Kapal-kapal tongkang berukuran kecil yang proporsinya 15 persen dari jumlah keseluruhan kapal pengangkut batu bara Indonesia ke Filipina, menurut dia, akan diatur supaya tertib mengikuti jalur pelayaran yang aman meskipun jaraknya sedikit lebih jauh.

Upaya pengamanan ekstra terhadap kapal-kapal tongkang berukuran kecil perlu dilakukan karena jenis kapal tersebut dianggap berisiko besar dibajak oleh kelompok-kelompok bersenjata, seperti yang telah empat kali menimpa anak buah kapal (ABK) WNI yang menjadi sasaran penyanderaan dari kapal tongkang pengekspor batu bara.

Selain mendisiplinkan awak kapal supaya mematuhi jalur pelayaran yang aman, Pemerintah RI juga mempertimbangkan opsi penempatan personel bersenjata (sea marshall) di dalam kapal, sesuai petunjuk dari Organisasi Maritim Internasional (IMO).

"Kita sedang mempertimbangkan, sesuai IMO, untuk kemungkinan tongkang-tongkang yang 15 persen ini dipersenjatai melalui sea marshall untuk menjaga kapal tadi," kata Luhut.

Opsi lain untuk mengamankan jalur perdagangan Indonesia-Filipina, termasuk strategi pembebasan 10 WNI yang menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf, akan dibahas dalam pertemuan trilateral antarmenteri pertahanan Indonesia, Filipina, dan Malaysia yang berlangsung di Kuala Lumpur, Selasa mendatang (19/7).

Ia pun kembali menegaskan sikap Pemerintah RI yang mengutamakan jalur perundingan atau negosiasi untuk menyelamatkan sandera karena opsi militer sulit dilakukan saat ini.

"Memang sekarang opsi terbaik bagi kita masih negosiasi. Selain perusahaan melakukan negosiasi, kita juga bekerja sama dengan pemerintah baru Filipina, dan kelihatannya ada cukup kemajuan," demikian Luhut Binsar Pandjaitan.

Pewarta: Yashinta Difa
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016