Moskow/Brussel/Ankara/PBB (ANTARA News) - Sejumlah pemimpin dunia dari Rusia, Uni Eropa, Iran, dan PBB menyatakan prihatin atas peristiwa upaya kudeta di Turki pada Jumat waktu setempat.

Pihak Kremlin di Moskow meminta perwakilan di Turki untuk membantu warga Rusia yang berada di negara tersebut keluar dari Turki secepatnya.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Presiden Vladimir Putin tengah mengikuti dengan seksama situasi di Turki, di mana upaya kudeta tengah terjadi.

Peskov mengatakan bahwa peristiwa tersebut masih terlalu dini untuk dimengerti apa yang sebenarnya terjadi. Namun, dia juga menegaskan bahwa pihaknya prihatin dan ingin agar Turki kembali ke dalam stabilitas sesuai dengan hukum.

Dia mengatakan, siapapun yang berkuasai di Turki saat ini, merupakan kewajiban bagi mereka untuk memastikan keamanan warga Rusia di sana.

Sementara itu di Brussel, kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, meminta semua pihak di Turki untuk tetap tenang.

"Saya terus menghubungi delegasi Uni Eropa di Ankara dan Brussel dari Mongolia," kata Mongherini yang kini tengah menghadiri pertemuan puncak Uni Eropa-Asia di Mongolia.

"Saya meminta semua pihak menahan diri dan menghormati institusi demokrasi," kata dia di media sosial Twitter.

Sementara itu Iran juga menyatakan keprihatinan mendalam mengenai krisis di negara tetangganya.

"Stabilitas, demokrasi, dan keamanan warga Turki adalah hal utama. Persatuan dan keamanan adalah hal terpenting," kata Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, di Twitter.

Seruan untuk tetap tenang juga disuarakan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, yang juga menyatakan bahwa PBB tengah mencari kejelasan mengenai situasi di Turki.

"Sekretaris jenderal saat ini tengah mengikuti dengan seksama perkembangan di Turki. Dia mengetahui adanya laporan upaya kudeta di negara tersebut. PBB juga mencari kejelasan mengenai situasi di lapangan dan meminta semua pihak untuk tetap tenang," kata juru bicara Ban, Farhan Haq.

Pada Jumat, pihak militer Turki mengklaim telah mengambil alih kekuasaan. Namun demikian, Presiden Tayyip Erdogan masih yakin bahwa upaya kudeta tersebut dapat digagalkan, demikian Reuters melaporkan.

(G005)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016