Melalui pertemuan dan dialog bilateral, segala persoalan yang muncul akan lebih mudah diselesaikan."
Singapura (ANTARA News) - China berharap Indonesia tidak menggunakan kekerasan dalam menangani kapal-kapal asing yang tertangkap di perairan Nusantara, kata Dekan Fakultas Jurnalisme Universitas Renmin, China, Zhao Qizheng, di Singapura, Senin.

"Saya tidak setuju dengan penembakan kapal-kapal asing yang masuk ke wilayah Indonesia. Jangan menggunakan kekerasan. Lebih baik melakukan pertemuan bilateral dan membuat kesepakatan untuk kepentingan bersama di masa mendatang," katanya kepada ANTARA News di sela-sela dialog tentang Laut China Selatan (LCS) dan Kerja sama serta Pembangunan Regional.

Indonesia seharusnya menempuh jalan dialog dan pertemuan-pertemuan secara bilateral dalam menyelesaikan masalah kapal-kapal asing, termasuk milik China yang memasuki wilayah perairan Indonesia, katanya.

Terkait dengan isu LCS, menurut Zhao, tidak ada klaim dari China atas perairan yang menjadi wilayah jurisdiksi Indonesia. China akan terus melakukan pertemuan-pertemuan bilateral dengan Indonesia dalam upaya meningkatkan hubungan kedua negara.

"Melalui pertemuan dan dialog bilateral, segala persoalan yang muncul akan lebih mudah diselesaikan," demikian Zhao Qizheng.

Pada Maret 2016 terjadi insiden di perairan Natuna, Kepulauan Riau yang melibatkan kapal penjaga pantai dan kapal nelayan China.

Peristiwa tersebut berawal saat kapal Hiu 11 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia menghadang dan menahan kapal nelayan China Kway Fey 10078.

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi protes kepada China terkait dengan pelanggaran yang dilakukan oleh kapal penjaga pantai China tersebut lantaran memasuki perairan Indonesia.

(Baca: Indonesia protes Tiongkok terkait masuknya KM Kway Fey ke Natuna
 Baca juga: Menteri Susi protes masuknya kapal Tiongkok)

Pewarta: Bambang Purwanto
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016