Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Uni Eropa sepakat secara resmi meluncurkan perundingan Kesepakatan Kemitraan Menyeluruh Indonesia-Uni Eropa (CEPA) yang diharapkan mampu memperluas hubungan strategis khususnya di bidang ekonomi.

"Uni Eropa dan Indonesia sekarang bisa meluncurkan negosiasi resmi untuk merundingkan CEPA. Komisi Uni Eropa mendapat mandat resmi dari negara-negara anggota, sudah merampungkan prosedur internal. Dengan demikian kami bisa meluncurkan negosiasi formal," kata Menteri Perdagangan, Thomas Lembong, dalam jumpa pers, di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan, peluncuran perundingan CEPA tersebut menunjukkan keseriusan kedua pihak melanjutkan upaya memperdalam dan memperluas hubungan strategis di bidang ekonomi dalam situasi perekonomian dunia yang tidak pasti saat ini.

Perundingan IEU-CEPA diharapkan dapat selesai dalam kurun waktu dua tahun. Nantinya, perundingan itu akan membawa dampak signifikan bagi Indonesia, antara lain dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja baru, alih teknologi, serta menciptakan kesempatan baru bagi UMKM.

Menurut Lembong, peluncuran perundingan CEPA ini dilakukan tiga bulan setelah naskah pengkajianruang gerak disepakati karena Komisi Eropa perlu mendapatkan mandat melakukan perundingan dari Dewan Uni Eropa berdasarkan scoping paper yang telah disepakati pada April lalu.

"Uni Eropa merupakan blok ekonomi terbesar di dunia. Kami sangat gembira bisa memulai proses perundingan. Ini menunjukkan bahwa semangat kemitraan antara Indonesia dan Uni Eropa sangat kuat, meskipun banyak tantangan mulai dari Brexit, sampai kejadian yang terjadi di Nice, Perancis," kata dia.

Data Badan Pusat Statistik merangkum total perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa pada 2015 mencapai 26,1 miliar dolar Amerika Serikat. Indonesia mencatatkan total ekspor ke Uni Eropa sebesar 14,8 miliar dolar AS dan impor dari Uni Eropa sebesar 11,3 miliar dolar Amerika Serikat.

Sementara itu, total aliran investasi Uni Eropa ke Indonesia dalam 10 tahun terakhir mulai 2005-2015 mencapai 9,8 miliar dolar AS yang terfokus di sektor-sektor konstruksi, transportasi, tanaman pangan, perkebunan, dan pertambangan.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016