Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Saleh Husin mengajak para pengusaha India untuk terus meningkatkan investasi di Indonesia khususnya sektor industri, beberapa di antaranya ialah kerja sama produksi bahan baku obat, mesin industri dan pengembangan kawasan industri.

"Kita memiliki semangat yang sama dengan India untuk memiliki industri yang kuat dan berdaya saing. Industri yang dapat kita kembangkan bersama antara lain produksi bahan baku obat untuk farmasi," kata Saleh dalam siaran pers di Jakarta, Senin.

Selain itu, terdapat pula industri permesinan, untuk industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan serta mengundang perusahaan India membangun pabrik-pabriknya di kawasan industri di Indonesia.

Menteri Saleh menyampaikan hal itu usai menggelar pertemuan dengan Presiden Confederation of Indian Industry (CII) Naushad Forbes beserta para pelaku usaha dan industri yang tergabung dalam delegasi CII di Kementerian Perindustrian.

Saleh menyampaikan, kerja sama industri dan investasi itu sejalan dengan perekonomian Indonesia yang diproyeksikan terus tumbuh.

Terlebih lagi, kedua negara memiliki kesamaan yaitu sebagai negara yang agresif menumbuhkan industri serta kekuatan ekonominya, merupakan pasar dengan jumlah penduduk yang besar, sumber daya alam melimpah dan pertumbuhan kelas menengah yang tinggi.

Produksi bahan baku obat diperhitungkan sangat dibutuhkan karena selama ini lebih dari 90 persen dipasok dari impor, di mana sebagian besar berasal dari China dan India.

Dengan peningkatan kerja sama investasi di industri bahan baku obat, Indonesia berharap dapat mengurangi ketergantungan impor dan meningkatkan peluang untuk mengembangkan industri farmasi nasional.

Turut hadir dalam acara tersebut, Duta Besar India untuk Indonesia Nengcha Lhouvum Mukhopadhaya serta para pejabat eselon I dan II di lingkungan Kemenperin.

India merupakan negara mitra dagang terbesar ke-8 bagi Indonesia. Transaksi perdagangan antara kedua negara mencapai 14,6 miliar dollar AS atau Rp 197,1 triliun dengan asumsi nilai tukar dollar AS terhadap rupiah senilai Rp13.500.

Transaksi sebesar itu setara 4,9 persen dari seluruh total perdagangan Indonesia pada tahun 2015.

Sedangkan investasi di sektor industri, pada 2015, India telah melakukan investasi di Indonesia sebanyak 43 proyek dengan nilai investasi sebesar 15,5 juta dollar AS atau meningkat dibandingkan dengan tahun 2014 yang hanya sebanyak 19 proyek investasi senilai 12,89 juta dollar AS.

Investasi dilakukan terutama pada sektor industri makanan, industri tekstil serta industri alat angkut dan transportasi lainnya.

Dalam pertemuan tersebut, Saleh juga menawarkan kepada para pengusaha India untuk berinvestasi di 10 sektor industri prioritas, yaitu industri pangan; industri farmasi, kosmetik dan alat kesehatan; industri tekstil, kulit, alas kaki dan aneka; industri alat transportasi; industri elektronika dan telematika/ICT.

Selanjutnya, industri pembangkit energi; industri barang modal, komponen, dan bahan penolong; industri hulu agro; industri logam dasar dan bahan galian bukan logam; serta industri kimia dasar berbasis migas dan batubara.

Presiden CII Naushad Forbes juga menegaskan India menginginkan bertambahnya perusahaan mereka berinvestasi di Indonesia dan sebaliknya mengundang pelaku industri asal Indonesia memanfaatkan peluang bisnis di negara tersebut.

“CII akan membantu proses investasi dengan berbagi informasi tentang prospek usaha serta mempertemukan dengan perusahaan manufaktur India. Hal yang sama juga kami harapkan secara timbal balik, apalagi sejarah kerja sama kedua bangsa telah berlangsung sangat lama,” katanya.

Naushad Forbes yang juga merupakan Co-Chairman of Forbes Marshall, perusahaan produksi dan pengembang teknologi pembangkit energi (steam engineering & control instrumentation), menyambut baik tawaran kerja sama di bidang permesinan, pembangkit listrik maupun farmasi.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016