Seoul, Korea Selatan (ANTARA News) - Korea Utara pada Selasa dini hari meluncurkan tiga rudal balistik yang melesat hingga jarak antara 500 hingga 600 kilometer ke laut lepas di pantai timurnya menurut militer Korea Selatan.

Militer Amerika Serikat menyatakan mendeteksi peluncuran benda yang diduga dua rudal Scud dan satu rudal Rodong, misil buatan lokal yang dibuat berdasarkan teknologi Scud era-Soviet.

Korea Utara telah meluncurkan kedua jenis rudal itu berulang kali dalam beberapa tahun terakhir, yang dilihat sebagai indikasi negara itu sedang meningkatkan kemampuan misilnya. Namun peluncuran Selasa ini menurut pengamat ditujukan untuk unjuk kekuatan.

"Ini lebih berbau politik daripada teknis bagi saya," ujar Melissa Hanham, seorang peneliti senior dari Institut Kajian Internasional Middlebury di Monterey, California.

"Saya rasa jumlah dan jangkauan rudal itu untuk mengingatkan ROK (Republik Korea/Korea Selatan) tentang siapa lawan yang mereka hadapi," tambahnya.

Peluncuran itu dilaksanakan beberapa hari setelah Korea Selatan dan Amerika Serikat mengumumkan keputusan akhir mengenai penempatan sistem anti-rudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) di Korea Selatan untuk menangkal ancaman dari Korea Utara, yang memicu Pyongyang mengatasinya dengan "respons fisik".

"Penilaian kami itu dilakukan untuk unjuk kekuatan," kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.

Rudal itu diluncurkan dari datu daerah di bagian barat Korea Utara yang disebut Hwangju antara pukul05.45 pagi dan 06.40 pagi waktu Korea Selatan menurut militer Korea Selatan, indikasi Korea Utara yakin misil itu tidak akan mengenai wilayahnya sendiri.

"Tiga rudal balistik meluncur sejauh antara 500 hingga 600 kilometer, itu jarak yang cukup jauh untuk mengenai seluruh wilayah Korea Selatan, termasuk Busan," kata militer Korea Selatan dalam satu pernyataan.

Busan kota pelabuhan bagian selatan Korea Selatan.

Korea Utara telah melaksanakan serangkaian uji tembak rudal balistik dalam beberapa bulan terakhir, termasuk misil jarak menengah pada Juni dan rudal  kapal selam bulan ini, menentang resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Selain untuk tujuan utama meningkatkan kesiapan rudal untuk bertempur, itu mungkin juga menjadi cara untuk mengingatkan negara tetangga selatan mereka bahwa lokasi yang dipilih untuk THAAD di Korea Selatan berada dalam jangkauannya," kata Joshua Pollack, editor dari Nonproliferation Review Amerika Serikat terkait peluncuran Selasa.

Korea Selatan mengumumkan minggu lalu bahwa sistem THAAD akan ditempatkan di wilayah tenggaranya, Seongju.

Di samping menempatkan sistem THAAD di Korea Selatan, Amerika Serikat belakangan ini membuat marah Korea Utara dengan memasukkan pemimpinnya, Kim Jong Un, dalam daftar hitam pelanggaran hak asasi manusia.

"Ancaman terhadap keamanan nasional kami tumbuh dengan cepat dalam waktu yang singkat," kata Perdana Menteri Korea Selatan Hwang Kyo Ahn di parlemen, Selasa.


Bom, misil dan sanksi

Korea Utara melakukan uji coba nuklir keempat Januari lalu, dan kegiatan di lokasi pengujian nuklir mereka belakangan meningkat menurut laporan media di Korea Selatan dan Jepang yang mengutip pejabat pemerintah, begitu pula dengan laporan oleh proyek pengawasan Korea Utara di Washington, 38 North.

Menyusul uji coba nuklir terbaru dan peluncuran roket luar angkasa mereka pada Februari yang dipandang sebagai uji coba rudal yang disamarkan, Dewan Keamanan PBB memberlakukan sejumlah resolusi baru yang lebih mengasingkan Korea Utara.

Sementara China mendukung sanksi yang lebih berat terhadap negara tetangga dan sekutu mereka Korea Utara, mereka mengkritik keputusan penempatan unit THAAD di Korea Selatan, mengatakan bahwa langkah itu akan menyebabkan ketidakstabilan dalam keseimbangan keamanan di wilayah itu.

Kementerian luar negeri China tidak menyampaikan komentar mengenai peluncuran misil Selasa ini, sedang Jepang mengecam langkah itu.

"Peluncuran terbaru merupakan pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB dan sangat berbahaya bagi kapal dan pesawat dan kami memprotesnya dengan keras," pemerintah Jepang mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikutip kantor berita Reuters. (Uu.Ian/KR-MBR)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016