Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjuarai kompetisi inovasi dan penemuan internasional dengan meraih medali emas pada forum "The 5 th Macao International Innovation and Invention Expo 2016".

"Penelitian saya ini membuat prototipe alat yang dapat mereduksi kadar garam dalam air hingga 75 persen," kata mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FIMPA) Jurusan Kimia ITS, Tunjung Rahmawati, di Surabaya, Selasa.

Dalam ajang pertemuan para peneliti muda tingkat dunia yang diadakan di Macao, awal Juli lalu, ia mengatakan ada sekitar 40 negara yang tergabung dalam acara tersebut yang didominasi para penemu dan peneliti muda dari China.

"Indonesia diwakilkan dua tim, satu orang dari ITS dan satunya lagi tim dari SMA di Palu yang memperoleh medali perak," tutur mahasiswa semester V.

Karya berjudul "Fabrication of Chitosan-based Membrane for Salt Removel", ia mengembangkan teknologi membran yang sebelumnya hanya dapat mereduksi kadar garam antara 15-25 persen, namun melalui membran yang dibuatnya mencapai 75 persen kadar garam.

"Saya mencoba merancang membran yang berasal dari limbah kulit udang, kemudian diekstrak untuk mengambil zat kitin (C8H13O5N)n. Dari zat kitin tersebut dilakukan proses destilisasi sehingga menjadi kitosan," tuturnya.

Menurut dia, setelah didapat kitosan lalu dibuat memberan dengan menambahkan polysulfone dengan perbandingan 5:95. Membran dari bahan dasar kitosan dan polysulfone ini kemudian digunakan untuk melakukan proses desalinasi atau pengurangan kadar garam dalam air.

Dia mengungkapkan kitin adalah polimer berantai panjang dari asetilglukosamin-N, sebuah turunan dari glukosa. Zat ini adalah komponen utama dari dinding sel jamur, udang dan kepiting, yang bersifat tidak larut dalam air.

"Zat kitin dimodifikasi sedemikian rupa sehingga terbentuklah zat kitosan, yang dapat mengikat zat-zat racun, yang dalam penelitian Tunjung dapat mereduksi kadar garam dalam air," paparnya.

Perempuan asli Klaten, Jawa Tengah itu bisa memenangkan kompetisi inetrnasional dikarenakan penelitiannya terkait dengan pemanfaatan limbah dari kulit udang itu, sehingga panitia dan juri penasaran terhadap temuannya.

"Ketika poster dan prototipe dipamerkan, banyak juri dan juga pengunjung yang tertarik dan menggali lebih dalam lagi tentang apa yang saya pamerkan. Saya didampingi seorang penerjemah bahasa Cina, karena sebagian juri banyak menggunakan bahasa setempat," paparnya.

Ia berharap dengan membran ini masyarakat di pesisir pantai, bisa mendapatkan air dengan kandungan garam yang lebih sedikit. Sedangkan harapan ke depannya tidak hanya sebatas pada kadar garam, tetapi juga tingkat kepayauan air dapat dikurangi.

Pewarta: Indra Setiawan/Laily Widya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016