Kami tetapkan status waspada, karena jumlah kasusnya terus meningkat setiap bulan. Sampai Juli ini sudah 2.240 kasus DBD dengan 17 orang penderita di antaranya meninggal dunia."
Balikpapan (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, mewaspadai merebaknya kasus demam berdarah dengue, seiring meningkatnya kasus yang terjadi hingga Juli 2016.

"Kami tetapkan status waspada, karena jumlah kasusnya terus meningkat setiap bulan. Sampai Juli ini sudah 2.240 kasus DBD dengan 17 orang penderita di antaranya meninggal dunia," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan dr Balerina ditemui di Balikpapan, Selasa.

Balerina mengingatkan masyarakat tetap dan selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya, terutama tidak membiarkan air tergenang karena akan menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk aedes aegypty pembawa virus DBD.

Apalagi, saat ini cuaca Kota Balikpapan membawa banyak hujan yang bisa membuat genangan-genangan bisa menjadi sarang nyamuk.

"Bersihkan berbagai tempat yang memungkinkan tergenang air seperti pot-pot atau ember, lancarkan saluran air dan ganti air di bak mandi secara rutin. Jika air di dalam wadah memang harus tergenang dalam waktu lama, siapkan penutup yang rapat," jelasnya.

Balerina menambahkan Dinkes juga gencar melakukan sosialisasi juru pemantau jentik (jumantik) dan pemantauan jentik secara berkala di masing-masing lingkungan RT.

Jentik adalah larva nyamuk yang hidup di air jernih yang tergenang tersebut.

Jumantik juga sekaligus membantu memberikan pembinaan langsung kepada warga dan menjadi motor dari gerakan 3M plus (menguras, menutup, mengubur, dan menaburkan abate).

Balikpapan pernah mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) demam berdarah pada 2010 dengan catatan sebanyak 1.797 kasus dan tujuh penderita di antaranya meninggal dunia.

Pada saat itu, penduduk Kota Balikpapan mencapai 557 ribu jiwa lebih.

Tahun berikutnya (2011), dengan segenap upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Balikpapan dan warga, kasus demam berdarah mengalami penurunan menjadi hanya 384 kasus dengan hanya satu penderita meninggal dunia.

Pewarta: Novi Abdi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016