Dua alasan defisit membesar adalah karena realisasi belanja negara lebih tinggi Rp113 triliun dan penerimaan negara lebih rendah Rp33 triliun dari periode yang sama tahun lalu,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan defisit anggaran hingga akhir semester I-2016 telah mencapai Rp230,7 triliun atau 1,83 persen terhadap PDB, karena tingginya realisasi belanja dan rendahnya penerimaan perpajakan.

"Dua alasan defisit membesar adalah karena realisasi belanja negara lebih tinggi Rp113 triliun dan penerimaan negara lebih rendah Rp33 triliun dari periode yang sama tahun lalu," kata Bambang saat menyampaikan laporan realisasi semester I-2016 dalam rapat kerja Badan Anggaran di Jakarta, Rabu.

Tahun lalu, defisit anggaran hingga akhir semester I-2015 hanya tercatat sebesar Rp84,3 triliun atau 0,73 persen terhadap PDB.

Bambang menjelaskan defisit anggaran tersebut berasal dari pendapatan negara yang telah mencapai Rp634,7 triliun atau 35,5 persen dari target Rp1.786,2 triliun serta belanja negara Rp865,4 triliun atau 41,5 persen dari pagu Rp1.984,1 triliun.

Dari pendapatan negara, penerimaan perpajakan mencapai Rp522 triliun atau 33,9 persen dari target Rp1.539,2 triliun dan penerimaan negara bukan pajak mencapai Rp112,1 triliun atau 45,7 persen dari target Rp245,1 triliun.

Dari penerimaan perpajakan, pendapatan dari PPh migas mencapai Rp16,3 triliun atau 44,9 persen dari target Rp36,3 triliun, PPh non migas Rp270,5 triliun atau 33 persen dari Rp819,5 triliun, PPN Rp169,2 triliun atau 35,7 persen dari Rp474,2 triliun dan cukai Rp44 triliun atau 29,7 persen dari Rp148,1 triliun.

"PPh migas turun karena harga minyak lebih rendah dari tahun lalu. PPN turun karena konsumsi rumah tangga melemah dan restitusi lebih tinggi dari tahun lalu. Cukai terpengaruh karena belum meningkatnya pembelian pita cukai," kata Bambang.

Dari belanja negara, belanja pemerintah pusat telah mencapai Rp481,3 triliun atau 36,8 persen dari pagu Rp1.306,7 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa mencapai Rp384 triliun atau 49,5 persen dari pagu Rp776,3 triliun.

Dari belanja pemerintah pusat, realisasi belanja Kementerian Lembaga mencapai Rp262,8 triliun atau 34,2 persen dari pagu Rp767,8 triliun dan belanja non Kementerian Lembaga mencapai Rp218,5 triliun atau 40,6 persen dari pagu Rp538,9 triliun.

"Belanja cukup tinggi karena transfer ke daerah dan dana desa mencapai Rp384 triliun atau sekitar Rp50 triliun lebih tinggi dari tahun lalu Rp334,7 triliun. Terutama dana desa yang sudah tersalurkan Rp26,8 triliun, kalau tahun lalu hanya Rp7,9 triliun," tambah Bambang.

Meskipun kinerja defisit anggaran sudah mencapai 77,7 persen dari target Rp296,7 triliun, Bambang optimistis defisit fiskal akan mengecil pada akhir tahun, yang salah satunya dipengaruhi oleh realisasi penerimaan dari program amnesti pajak.

"Kami mengharapkan kinerja pada semester II-2016 akan membaik, karena disepakatinya amnesti pajak bisa membantu kinerja APBNP," kata Bambang.

Bambang memperkirakan penerimaan dari sektor perpajakan bisa mencapai Rp1.017,2 triliun pada semester II-2016 dengan proyeksi defisit anggaran pada akhir tahun sebesar Rp66 triliun atau sekitar 0,52 persen terhadap PDB.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016