Jakarta (ANTARA News) - Guru Besar Ekonomi Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Mari Elka Pangestu mengatakan dampak keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa (Brexit) tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara langsung.

"Kalau secara langsung tidak. Dari sektor trade channel tidak terlalu besar karena kita tidak banyak berdagang dengan Inggris. Di dalam IMF Outlook yang baru, gross kita tidak terpengaruh," kata Mari kepada Antara di Jakarta, Kamis.

Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan World Economic Outlook menurunkan proyeksi pertumbuhan global 2016 dan 2017 sebesar 0,1 persen menjadi 3,1 persen pada 2016 dan 3,4 persen pada 2017 dikarenakan ketidakpastian seputar keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Pemangkasan terkait Brexit tersebut terkonsentrasi di negara-negara maju, namun IMF tidak merevisi prediksinya untuk pertumbuhan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Tetapi Mari menekankan agar Indonesia harus mengantisipasi skenario terburuk apabila terjadi masalah kepekaan finansial yang diakibatkan oleh Brexit selepas 2017.

"Jadi masalah perbankan Eropa yang sebetulnya belum selesai, seperti di Italia, dan juga dampak pada sektor finansial, orang menjadi tambah berhati-hati. Itu akan mempengaruhi arus dana, dan itu akan pengaruh ke Indonesia," jelas dia.

Mari yang juga mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut menjabarkan sektor lain yang mungkin akan berpengaruh kedepannya ialah di sektor eksternal. Jika negosiasi Inggris untuk keluar dari Uni Eropa tidak berjalan baik, kata Mari, itu akan membuat resesi yang lebih dalam di Inggris maupun di Eropa.

"Sehingga akhirnya trade channel-nya pun berpengaruh ke kita. Karena Eropa kan kena, dan negara-negara lain seperti China juga kena karena dia berdagang dengan Eropa, kita akan kena. Jadi akhirnya sektor eksternal dan ekspor akan banyak ketidakpastiannya," jelas Mari yang juga mantan Menteri Perdagangan periode 2004-2011.

Mari meyakini target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen dalam APBN Perubahan 2016 masih bisa dicapai di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Namun dia memberi catatan agar pemerintah Indonesia terus menjaga kinerja ekonomi domestik.

Menurut Mari, pemerintah harus fokus kepada sumber-sumber pertumbuhan dalam negeri seperti pembelanjaan pemerintah yang bisa mendorong pertumbuhan, menjaga konsumsi dalam negeri untuk tetap tumbuh, dan mendapatkan investasi ke dalam negeri.

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016