Sebagian besar kebutuhan mendesak ialah air, makanan, tempat berteduh darurat dan bantuan medis."
PBB, New York (ANTARA News) - Mitra kemanusiaan di Irak telah meminta bantuan 284 juta dolar AS untuk mulai mempersiapkan operasi di Mosul di bagian utara negeri tersebut, yang dapat menyentuh 1,5 juta warga sipil, kata juru bicara PBB.

Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Irak Lise Grande mengatakan dampak dari aksi militer Mosul terhadap warga sipil akan menghancurkan, kata Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq dalam taklimat harian di Markas Besar PBB, New York, lapor Xinhua/OANA.

"Banyak korban jiwa di kalangan warga sipil tampaknya akan jatuh dan banyak keluarga yang berusaha menyelamatkan diri diperkirakan menghadapi resiko sangat tinggi," kata Haq.

Walaupun mitra garis depan berusaha secepatnya memberi dukungan, kenyataannya setiap kamp dan pusat penampungan menerima keluarga yang baru kehilangan tempat tinggal padahal semua tempat itu sudah berada dalam kapasitas penuh, katanya.

Keluarga yang kehilangan tempat tinggal memerlukan banyak bantuan, kata Haq, sebagaimana diberitakan Xinhua. "Sebagian besar kebutuhan mendesak ialah air, makanan, tempat berteduh darurat dan bantuan medis," katanya.

Pada awal 2016, PBB memohon bantuan 861 juta dolar AS untuk membantu 7,3 juta orang Irak yang sudah menghadapi kesulitan. Tapi badan dunia tersebut hanya menerima 40 persen dari permintaannya, tambah Wakil Juru Bicara PBB itu.

Perang Irak juga membuat 3,4 juta orang kehilangan tempat tinggal di dalam negeri itu dan lebih dari dua juta orang berada di luar negeri di negara dengan lebih dari 34 juta warga tersebut.

Banyak rakyat Irak berpendapat bahwa serbuan ke Irak pada 2003 oleh AS, Inggris dan negara lain koalisi adalah bencana buat sebagian besar warga Irak. Menurut data Pemerintah Irak, ratusan ribu warga sipil kehilangan nyawa dalam konflik setelah serbuan 2003, sedangkan perhitungan tak resmi memperkirakan jumlah korban jiwa akibat aksi militer dan pergolakan antar-kelompok mencapai lebih dari satu juta.

Negara itu juga terperangkap dalam krisis ekonomi, sebagian akibat merosotnya harga minyak global.

Serangkaian langkah pembaruan yang gagal telah melumpuhkan parlemen Irak dan pemerintahnya saat negara tersebut berjuang memerangi kelompok fanatik IS, yang merebut banyak wilayah di Irak Barat dan Utara.
(Uu.C003)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016