Serpong, Tangerang Selatan (ANTARA News) - Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan pembuatan pemikiran mendasar atau "peta jalan" pengembangan teknologi nuklir untuk energi listrik bukan berarti Indonesia akan langsung membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

"Ini cuma peta jalan, kan bukan berarti 10 tahun lagi kita punya PLTN," kata Djarot saat ditemui di sela-sela pelatihan Inkubator Bisnis Teknologi (IBT) 2016 yang digelar Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) di Serpong, Tangerang Selatan, Minggu.

Menurut dia, yang sedang ingin dibangun Batan tidak lain adalah Reaktor Daya Eksperimental (RDE) di Puspiptek Serpong.

Sedangkan kerja sama pendanaan yang ingin dilakukan dengan pihak Rusia pun bukan untuk membangun PLTN tetapi RDE saja.

Sebelumnya Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto mengatakan bahwa pada suatu titik penggunaan teknologi nuklir untuk pembangkit listrik tidak bisa terelakkan lagi.

Menurut dia, sejauh ini sumber energi paling potensial di Indonesia adalah panas bumi. Namun sayang lokasinya sangat sporadis dan jika dikembangkan untuk pembangkit listrik jumlahnya tidak akan besar dari satu lokasi.

Sejauh ini, lanjutnya, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan batu bara menjadi pilihan atau opsi yang paling masuk akal untuk bisa menghasilkan energi listrik dengan skala besar bahkan hingga mencapai 1200 Mega Watt (MW).

Sedangkan untuk pilihan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang bisa menghasilkan energi listrik skala besar, menurut dia, akan kesulitan pada pasokan airnya.

"Harus dibuat bendungan besar, tapi nanti sulit karena harus menggusur masyarakat. Sedangkan tenaga surya, tidak sepanjang waktu ada sinar matahari".

Seluruh perhitungan terkait kebutuhan energi dan potensi energi, Unggul mengatakan telah diperhitungkan oleh ahli-ahli energi BPPT dan dituangkan dalam "outlook" energi BPPT yang akan dikeluarkan saat Kongres Teknologi Nasional (KTN) yang akan digelar pada 25 hingga 27 Juli 2016 di Gedung II BPPT.

Dalam kongres itu pula, ia mengatakan teknologi hingga kebijakan energi yang tepat untuk mendukung pembangunan bangsa akan dibahas oleh seluruh pemangku kepentingan dari mulai peneliti, ahli, perekayasa, pihak swasta, pemerintah, hingga akademisi.

Dan di sana akan terbaca jelas bahwa pemanfaatan energi nuklir untuk pembangkit listrik tidak dapat terelakkan.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016