Jakarta (ANTARA News) - Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengatakan pemerintah saat ini sedang mencari lokasi untuk membangun sebuah kawasan penjara khusus bagi narapidana kasus terorisme, bandar besar narkoba dan narapidana tindak pidana berat seperti pembunuhan.

"Tempatnya harus luas. Mungkin di sana bisa ada satu lembaga pemasyarakatan atau tiga lapas untuk masing-masing jenis tindak kriminal," ujar Yasonna usai memimpin rapat koordinasi dan evaluasi di Gedung Kemenkumham, Jakarta, Senin.

Dia melanjutkan, penjara ini nantinya akan memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi daripada lapas-lapas di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Rencananya, dana pembangunan penjara ini akan dianggarkan pada tahun 2017.

"Kalau bisa memang tahun depan (2017). Yang pasti tempatnya harus luas karena di sana akan ada TNI, BNPT dan BNN agar semua terintegrasi," kata Yasonna.

Adapun keinginan pembangunan penjara dengan tingkat keamanan super maksimal ini, dia menambahkan, awalnya berasal dari Presiden Joko Widodo dan disampaikan ke Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Pandjaitan yang langsung berkoordinasi dengan Menkumham.

Pemerintah pun memandang keberadaan lapas seperti itu perlu untuk mengantisipasi kondisi kriminalitas di masa depan.

"Kita harus berpikir untuk dua puluh tahun ke depan," tutur Yasonna.

Sebab, pemerintah berpandangan, lapas-lapas di Pulau Nusakambangan, yang memiliki tingkat keamanan sangat tinggi, tidak bisa terus menerus dijadikan satu-satunya tempat menampung semua narapidana yang membutuhkan tingkat pengawasan lebih ketat.

"Nusakambangan bisa dikembangkan untuk napi-napi umum," ujar politisi PDI Perjuangan ini.

Sebagai langkah konkrit, selanjutnya pemerintah melalui kementerian terkait seperti Kementerian Hukum dan HAM akan melakukan koordinasi intensif dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dan Badan Narkotika Nasional terkait hal ini.

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016