New York (ANTARA News) - Penurunan tajam harga minyak mentah menyeret jatuh saham-saham energi di Wall Street pada Senin (Selasa pagi WIB), mendorong indeks-indeks utama AS ke kerugian setelah mencetak rekor tertinggi pekan lalu.

Sementara itu, saham Yahoo jatuh setelah Verizon mengumumkan akan membeli properti web perusahaan tersebut senilai 4,8 miliar dolar AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average berakhir turun 77,79 poin (0,42 persen) dari penutupan Jumat pada 18.493,06.

Indeks S&P 500 yang lebih luas berkurang 6,55 poin (0,30 persen) menjadi ditutup pada 2.168,48 dan indeks teknologi Nasdaq ditutup turun 2,53 poin (0,05 persen) menjadi 5.097,63.

Patokan AS, minyak mentah WTI mencapai titik terendah tiga bulan di 43,13 dolar AS per barel setelah turun 2,4 persen di perdagangan New York, memukul saham-saham perusahaan minyak dan jasa minyak.

ExxonMobil kehilangan 1,9 persen dan Chevron turun 2,5 persen. Schlumberger, perusahaan jasa minyak terbesar, turun 1,1 persen dan Halliburton jatuh 2,9 persen.

Bill Lynch dari Hinsdale Associates mengatakan pembeli mengambil nafas setelah meningkat dengan kuat. "Kami sudah naik selama empat minggu berturut-turut, itu akan menjadi saat yang tepat untuk mengambil beberapa keuntungan," kata dia.

Saham Yahoo turun 2,7 persen setelah Verizon yang lama diperkirakan mengumumkan kesepakatan. Verizon kehilangan 0,4 persen.

Kesepakatan itu akan melihat Yahoo News, email dan aset-aset lainnya dintegrasikan ke dalam unit AOL yang baru saja diakuisisi Verizon, sementara Yahoo akan dipertahankan sebagai perusahaan investasi terpisah yang menguasai Yahoo Jepang dan aset paling berharga perusahaan, kepemilikan besar di Alibaba Group Tiongkok.

"Yahoo adalah perusahaan yang telah mengubah dunia, dan akan terus melakukannya melalui kombinasi ini dengan Verizon dan AOL," kata kepala eksekutif Marissa Mayer seperti dikutip AFP.

Pasar mengalihkan fokus mereka ke pertemuan Federal Reserve pada Selasa dan Rabu dan apakah Fed, yang diperkirakan tidak akan segera membuat perubahan kebijakan, mengatakan tentang sisa tahun ini.

"Dugaan sedang terbangun bahwa Fed mungkin kembali ke meletakkan dasar untuk kenaikan suku bunga lagi dalam waktu dekat," kata Patrick OHare dari Briefing.com

(Uu.A026) 

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016