Tulungagung (ANTARA News) - Majelis Ulama Indonesia Cabang Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengimbau para calon jamaah haji asal daerah tersebut untuk mengantisipasi pengaruh aliran tertentu khususnya kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) selama berada di Tanah Suci Makkah-Madinah.

"Kami percaya calon jamaah haji Indonesia, khususnya Tulungagung tidak ada yang memiliki orientasi ke sana. Namun tidak ada salahnya untuk berhati-hati dan diantisipasi bersama," kata Ketua MUI Tulungagung KH Mochammad Hadi Mahfudz atau Gus Hadi di Tulungagung, Selasa.

Imbauan dan wejangan tentang bahaya aliran tertentu yang mengajarkan ekstremisme itu diakui Gus Hadi aktif dilakukan beberapa kelompok muslim di Timur Tengah, termasuk sekitar Tanah Suci Makkah, Arab Saudi.

Pola pendekatan yang dilakukan biasanya dengan bergerilya antarbus rombongan jamaah haji dari berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.

"Mereka menyebar video atau rekaman suara berisi pengajian dan amalan-amalan tentang keislaman dari sudut pandang fundamental, yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa," kata dia.

Sebagai langkah antisipasi, lanjut Gus Hadi, ia mengimbau para CJH Tulungagung untuk tidak serta-merta menerima pemberian CD (compact disk), buku, seleberan ataupun flash disk berisi rekaman video/audio yang menyebarkan pengaruh Wahabi itu.

"Sebenarnya tidak ada yang salah dengan ajaran tersebut. Tapi karena ajaran atau aliran ini memberikan pemahaman keislaman yang bersifat fundamental dan kaku, sangat berbahaya jika dipahami sepenggal oleh umat tanpa bimbingan dari ulama yang memahami fiqih Islam secara benar," ujarnya.

Pengaruh yang paling dikhawatirkan MUI, kata Gus Hadi, adalah ISIS yang saat ini berkembang di Timur Tengah.

Ia mengingatkan kepada setiap ketua regu dan ketua rombongan jamaah haji untuk memantau keberadaan anggotanya agar tetap utuh dan tidak tersusupi pengaruh ISIS ataupun budaya Islam fundamentalis yang diduga menyasar tradisi ibadah haji untuk memperluas sayap organisasinya.

Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016