Jakarta (ANTARA News) - Agen tunggal pemegang merek Toyota di Indonesia, PT Toyota Astra Motor, boleh jadi merupakan ATPM paling sibuk dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir. Setelah meluncurkan All New Kijang Innova pada 23 November 2015, TAM segera memperkenalkan High SUV andalannya All New Fortuner pada 22 Januari 2016.

Kemudian di ajang Indonesia International Motor Show 2016 pada April, Toyota memperkenalkan All New Sienta sebuah mobil di segmen Mini MPV yang mengusung konsep Multi Activity Vehicle (MAV).

Toyota mengkonfirmasi fasilitas manufaktur mereka di Indonesia, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), akan memproduksi sendiri All New Sienta. Hal itu memastikan Indonesia menjadi negara pertama di luar Jepang yang memproduksi Sienta, yang generasi pertamanya diperkenalkan pada 2003 silam.

Namun Indonesia tentu tak tiba-tiba saja mendapat persetujuan untuk menjadi lokasi produksi Sienta, TMMIN dan TAM melalui proses panjang sejak 2011 saat mereka merancang konsep kendaraan keluarga muda modern yang cocok dengan budaya dan kebutuhan sehari-hari Indonesia, yang pilihannya jatuh kepada Sienta yang diproduksi Toyota East Motor Japan di Sendai, Jepang.

Setelah melalui berbagai penyesuaian awal untuk kondisi lingkungan dan geografis Indonesia seperti ketinggian ground clearance yang dinaikkan hingga 25 mm, sistem pendingin udara double blower dan modifikasi hiasan pintu belakang dan kelir depan, unit Sienta diboyong ke Indonesia untuk melewati uji kondisi.

Hasilnya, setelah melewati uji kendara melewati genangan air setinggi 30 cm, para insinyur Toyota Indonesia memodifikasi ulang sealing pintu serta beberapa titik krusial mencegah air membanjiri kabin.

"Selain kami juga mulai mengirimkan insinyur dan tenaga terampil ke pabrik TMEJ Sendai sejak 2011," kata Wakil Presiden Direktur TMMIN Warih Andang Tjahjono.

Terhitung sedikitnya 170 personel Toyota Indonesia, terdiri dari 100 insinyur dan sisanya tenaga terampil, secara periodik dikirim ke Jepang pada periode 2011-2015, mereka juga terlibat dalam pembuatan generasi kedua Sienta yang diluncurkan di Jepang pada 2015.

Sementara insinyur dan tenaga terampil Toyota Indonesia dikirim ke Jepang, sejak 2014 Toyota juga meminta rekanan pemasok komponen lokal memproduksi komponen Sienta dan dikirim ke Jepang untuk uji kecocokan dan kualitas.

Berikutnya, ketika semua dianggap siap TMMIN melakukan percobaan produksi selama enam bulan hingga memasuki tahapan konfirmasi untuk produksi massal, yang diikuti proses uji ketahanan di berbagai kondisi jalanan khas Indonesia.

Setelah sukses melewati tahap itu semua, maka mulai Juli Sienta diproduksi massal di Pabrik II TMMIN Karawang, Jawa Barat, dengan seremonial peluncuran produksi massal pada Senin (25/7) dihadiri Menteri Perindustrian Saleh Husin dan Bupati Karawang Celica Nurrachadia beserta jajaran pimpinan TMMIN, TAM dan pihak prinsipal Toyota Motors Corporation.

Dari pencetakan hingga perakitan
Excecutive General Manager Pabrik Karawang TMMIN, Nandi Juliyanto, mengatakan setiap 2,8 menit atau 169 detik satu unit keluar dan siap pakai dari Pabrik II TMMIN Karawang.

Namun demikian untuk keseluruhan proses pembuatan mobil memakan waktu sekurang-kurangnya 27 jam.

"Kalau dari lembaran baja sampai berbentuk mobil 27 jam, itu melewati proses pencetakan hingga perakitan," kata Nandi.

Sedikitnya empat tahapan dilewati untuk proses produksi yakni pencetakan, pengelasan, pengecatan dan perakitan, serta tahap pembuatan mesin yang dikerjakan di fasilitas terpisah.

Di tahap pencetakan lembaran pelat berketebalan 0,6-1,2 mm berspesifikasi khusus dicetak dengan beban 1.600 ton agar menjadi bentuk panel-panel bodi yang terpisah upper body (outer dan inner) dan under body termasuk sasis di Pabrik II Karawang, sendangkan panel-panel kecil dicetak di Pabrik II Sunter, Jakarta.

Sebanyak 27 panel bodi diproduksi di Karawang, sisanya 21 panel bodi di Sunter, dengan bobot kesekuruhan 320 kg untuk satu unit Sienta.

Setelah dikonfirmasi kondisinya 100 persen, panel bodi dibawa ke fasilitas pengelasan untuk disatukan di sebanyak 3.600 titik pengelasan yang menggunakan teknologi roller hemming yang menghasilkan penyatuan lebih sempurna.

Selain itu digunakan pula teknologi pengelasan inovasi karyawan Pabrik II TMMIN Karawang, Warisno, yang disebut spot piano yang mengefisiensikan proses pengelasan outer dan inner atap tidak lagi perlu dilakukan mengitar, melainkan sumber listrik dipusatkan pada satu titik yang otomatis membuat las mengeliling.

Ketika sudah melekat menjadi satu, maka dimasukkanlah bodi Sienta ke fasilitas pengecatan yang di dalamnya melewati 12 proses yang pengeringannya menggunakan empat macam oven dengan suhu berkisar 80-180 derajat celcius.

Salah satu proses pengecatan, yakni pencucian bodi menggunakan dua teknologi mutakhir yakni Bazooka System dan Micro Bubble System yang berfungsi merontiokkan sisa pengelasan serta bekas minyak di pori-pori bodi.

Proses pengecatan bodi Sienta juga memperhatikan aspek ramah lingkungan lewat pengurangan pelarut cat berbahan solvent dengan yang berbahan air, yang menurunkan kadar senyawa yang menguap ke udara menjadi 18 gram per meter persegi serta menghilangkan satu tahap oven.

Sebelum memasuki tahap perakitan, Pabrik II Karawang lebih dulu menerima mesin 2NR-FE yang diproduksi di Pabrik III Karawang TMMIN dengan konsep satu atap dari pencetakan blok silinder (CB) yang mampu memproduksi 18.000 CB 2NR-FE per bulan serta lima mesin untuk menghasilkan kepala silinder (CH).

Mesin yang melakoni debut di Sienta tersebut menggunakan bahan dasar alumunium atau Ingot untuk CB dan CH dan memiliki kandungan pasokan lokal 80 persen itu memiliki bobot ringan yakni 93 kg untuk transmisi manual dan 83 kg untuk transmisi otomatis, demi meningkatkan efisiensi bahan bakar dalam penggunaannya.

Setelah bodi, mesin dan seluruh komponen lain yang dibutuhkan lengkap, maka bahan-bahan Sienta memasuki fasilitas perakitan untuk dipasang satu sama lain hingga menjadi bentuk utuh Sienta siap uji kendara dan dikirim ke pelanggan.

Menariknya di fasilitas perakitan 90 persen alat bantunya dibuat berupa karakuri alias alat bantu berdasar kerja gravitasi tanpa listrik.

TMMIN mengucurkan dana penanaman modal senilai Rp2,5 triliun khusus untuk kebutuhan memproduksi Sienta di Pabrik II Karawang.

"Sebagian besar dialokasikan untuk peralatan khusus yang berkaitan dengan perakitan Sienta. Salah satunya sistem perakitan mobil dengan tiga baris kursi, selama ini di Pabrik II isinya mobil dua baris penumpang," kata Warih.

Di Pabrik II Karawang yang berkapasitas produksi 120.000 unit per tahun, Sienta berbagi tempat dengan Etios Valco, Vios, Limo dan Yaris, dan pihak TMMIN menargetkan produksi 4.000 unit Sienta per bulan dengan proyeksi penjualan 3.500 unit pasar domestik dan 500 unit untuk diekspor ke beberapa negara di Asia.

Kandungan lokal 80 persen
Sienta yang diproduksi TMMIN di Pabrik II Karawang telah memiliki kandungan lokal 80 persen. Tingkat kandungan lokal tersebut tertinggi untuk tahapan produksi massal perdana mobil Toyota di Indonesia.

"Pada produksi massal perdana Sienta di Indonesia kandungan lokal sudah mencapai 80 persen, bandingkan dengan saat pertama kali Kijang diproduksi di Indonesia 1977 silam yang kandungan lokalnya hanya 19 persen," kata Presiden Direktur TMMIN Masahiro Nonami.

Hal itu tidak lepas dari peningkatan jumlah rekanan pemasok komponen lokal yang kini sudah mencapai 709 perusahaan, namun angka tersebut masih jauh dari rekanan pemasok komponen lokal Toyota di Thailand yang sudah mencapai 1.900 perusahaan.

Hasilnya, dari 2.800 komponen yang tersemat di satu unit Sienta sebanyak 1.500 di antaranya dipasok oleh rekanan lokal.

Nonami menyoroti beberapa bahan baku dan atau mentah yang masih harus diimpor yakni resin, baja dan karet sintetis, turut berperan menghambat peningkatan kandungan lokal menjadi 100 persen.

Sementara itu Kementerian Perindustrian mengharapkan Toyota berkenan memindahkan produksi transmisi ke Indonesia, yang dijawab Direktur Teknik dan Manajemen Perencanaan Proyek TMMIN Yui Hastoro bahwa pihaknya tak lelah menyampaikan hal tersebut tiap kali berkesempatan menemui prinsipal Toyota Jepang.

Saat ini, TMMIN menggunakan transmisi yang didatangkan dari dua negara, Jepang untuk tipe otomatis dan Filipina untuk manual.

Tingkat kandungan lokal 80 persen membuat Sienta menjadi mobil Toyota dengan kandungan lokal tertinggi ketiga setelah Avanza (90 persen) dan Kijang Innova (85 persen). Di bawah Sienta menyusul All New Fortuner (75 persen) serta trio Etios Valco, Yaris dan Vios dengan 60 persen.

Penerus trah Kijang
Meski ditempatkan di segmen yang berbeda, Sienta kerap disandingkan dengan Kijang Innova. Hal itu kerap didengung-dengungkan oleh pihak TMMIN.

Kisah sukses Kijang menjadi mobil Toyota pertama yang diproduksi di Indonesia dan diekspor ke berbagai negara sejak 1987 atau satu dasawarsa berselang dari produksi massal perdana di Indonesia. Kini setelah menjelma menjadi Kijang Innova, tujuan ekspor mobil tersebut tak lagi sebatas Asia tapi juga merambah Timur Tengah dan Amerika Selatan.

"Kami berharap Sienta ini bisa meneruskan Kijang, yakni dari Indonesia untuk dunia," kata Warih.

Namun, tantangan Sienta tidak mudah untuk bisa memenuhi angan-angan tersebut, walaupun Indonesia merupakan negara pertama dan sejauh ini satu-satunya yang menjadi lokasi produksi Sienta selain Jepang.

Tantangan yang dihadapi Sienta adalah tantangan yang dihadapi mobil-mobil Toyota produksi Indonesia lainnya atau bahkan pabrikan-pabrikan otomotif lain yang berproduksi di Indonesia.

Nonami mengutarakan salah satunya adalah perkara masih ada beberapa bahan baku dan atau mentah yang belum bisa diproduksi sendiri oleh Indonesia, membuat daya saing mobil-mobil produksi Indonesia terdampak.

Pasalnya lantaran pemasok komponen lokal masih mengimpor bahan baku atau mentah, mempengaruhi biaya produksi yang berujung pada harga. Harga pada akhirnya menentukan daya saing  komponen lokal sekaligus mobil produksi lokal pada umumnya.

Maka, jika Kijang sejak 1977 hingga 2015 tak kurang dari 1,87 unit Kijang diproduksi di Indonesia dan 150.000 unit di antaranya diekspor ke berbagai negara, tentu Sienta tidak berhadapan dengan perkara mudah untuk membuktikan diri sebagai pewaris sahih trah kesuksesan Kijang.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016