Damaskus (ANTARA News) - Front An-Nusra, kelompok yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida, pada Kamis (28/7) mengumumkan pemutusan hubungannya dengan Al-Qaida, kelompok gerilyawan yang lebih besar darinya tersebut.

Di dalam satu pesan video, pemimpin Front An-Nusra --yang dikenal dengan nama Abu Muhammad Al-Jolani-- mengumumkan kelompoknya tidak lagi menjadi bagian dari Al-Qaida, dan mengganti namanya menjad Jabhat Fateh Ash-Sham, Bahasa Arab untuk Front Penakluk ISIS.

Tindakan itu dilakukan hampir satu pekan setelah Amerika Serikat (AS) dan Rusia mengumumkan bahwa An-Nusra akan selalu dipandang sebagai "kelompok teroris", dan sepakat untuk melancarkan serangan untuknya, demikian laporan Xinhua-OANA.

Di dalam pesannya yang ditayangkan melalui televisi, Al-Jolani mengatakan tindakan itu diambil agar Barat tidak memiliki dalih untuk menyerang rakyat Suriah.

Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS menyatakan pengumuman Front An-Nusra tersebut boleh jadi merupakan "praktik untuk pemberian nama baru".

Menurut stasiun televisi Al-Arabiya, Al-Qaida memberitahu An-Nusra bahwa kelompok itu dapat memutuskan hubungan organisasi dengan Al-Qaida global untuk memelihara persatuannya dan melanjutkan perangnya di Suriah.

Front An-Nusra mengumumkan pembentukannya pada 23 Januari 2012. Pada November 2012, media Barat menyatakan An-Nusra adalah sayap kekuatan gerilyawan yang paling berhasil. Sepuluh hari kemudian, AS memasukkan Front An-Nusra ke dalam organisasi teroris.

Pada awal 2015 beredar laporan bahwa Qatar dan negara lain Teluk berusaha membuat Front An-Nusra memisahkan diri dari Al-Qaida, setelah itu mereka akan mendukung keuangan Front An-Nusra.

Kini, banyak pengamat menyampaikan pesimisme mengenai pemisahan diri tersebut, yang dapat mendongkrak dukungan segar buat kelompok yang diberi nama baru itu.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016