Saya harus mencari informasi sendiri ambulans mana yang membawa Michael
Jakarta (ANTARA News) - Sitor Situmorang, pengacara terpidana yang dieksekusi mati di Nusakambangan Michael Titus Igweh, mengatakan kliennya mengalami stres sebelum hukuman mati dilakukan.

"Ketika itu kondisi fisiknya baik, tetapi dia stres. Pandangannya sering kosong," ujar Sitor di Rumah Duka Bandengan, Jakarta, Jumat.

Menurut dia, hal itu terjadi karena sampai akhir hayatnya Michael Titus merasa dirinya tidak bersalah atas kasus kepemilikan narkoba yang menjeratnya.

Kenyataan tersebut diperparah tidak adanya keluarga inti yang menemani Michael sebelum melaksanakan hukuman mati karena memang keluarga serta pengacara baru mengetahui warga Nigeria itu akan ditembak mati tiga hari sebelum eksekusi digelar.

Ketika itu, istrinya, Felicia, yang berkewarganegaraan Indonesia, masih berada di Nigeria untuk mengurus bisnis pakaian suaminya.

"Istrinya tiba di Indonesia pada hari Kamis (28/7), dan sebelum sampai ke Cilacap, Michael sudah dieksekusi," kata Sitor.

Adapun saudara terdekat yang menemani Michael, selain pengacara, adalah iparnya Nila, yang menunggu di luar hingga ambulans beranjak dari pulau.

Namun, berdasarkan penuturan Nila, tidak ada informasi apapun dari pemerintah tentang mobil mana yang membawa jenazah iparnya.

"Saya harus mencari informasi sendiri ambulans mana yang membawa Michael," tutur Mila.

Michael Titus Igweh adalah salah satu dari empat terpidana mati yang dieksekusi hari Jumat (29/7) dini hari bersama Freddy Budiman (WNI), Seck Osmane (Senegal) dan Humprey Eijeke (Nigeria).

Sehabis dieksekusi, Michael dibawa ke Jakarta dan disemayamkan di Rumah Duka Bandengan, Jakarta Utara. Jenazah pria dengan empat anak tersebut kemudian akan dibawa kembali Nigeria untuk dimakamkan pada Minggu (31/7).

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016