Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) tetap bangga dengan perjuangan atlet Indonesia pada ASEAN Schools Games (ASG) 2016 di Chiang Mai, Thailand, yang berakhir Kamis (28/7), meski hanya berada di peringkat dua klasemen akhir.

 "Kami tetap bangga dengan perjuangan mereka. Meski persiapan yang kurang maksimal, mereka tetap memberikan yang terbaik," kata Asdep Bidang Pembibitan dan IPTEK Olahraga Kemenpora, Washington Galingging, saat penyambutan atlet di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat.

Indonesia yang datang ke Thailand dengan predikat juara bertahan, namun upaya atlet muda Merah Putih itu belum mampu mempertahankan predikat yang disandang sebelumnya karena harus mengakui keunggulan tuan rumah.

Pada ASG kedelapan ini, Indonesia harus puas di posisi runner up dengan raihan 30 emas, 34 perak dan 35 perunggu. Sedangkan tuan rumah Thailand yang berada di puncak dengan 56 emas, 36 perak dan 33 perunggu. Hasil ini dipastikan menjadi bahan evaluasi untuk kejuaraan berikutnya.

"Memang benar. Hasil di Thailand akan menjadi bahan evaluasi untuk kejuaraan berikutnya di Singapura tahun depan. Kita harus lebih baik lagi," kata Washington dihadapan seluruh atlet ASG.

Hasil kurang maksimal kontingen Indonesia ini tidak lepas dari persiapan yang kurang maksimal. Bahkan, sebelum berangkat ke Thailand muncul rasa pesimisme karena persiapan sebelum turun di ASG 2016 tidak sebaik saat Indonesia menjadi juara umum di Brunei Darussalam.

 Untuk menghadapi ASG 2016 tidak ada pelatnas jangka panjang sehingga untuk membentuk tim terbaik cukup kesulitan. Selama ini, untuk turun di kejuaraan internasional selalu mengandalkan atlet dari Sekolah Khusus Olahraga (SKO) maupun PPLP daerah.

Kurang maksimalnya atlet Indonesia terlihat jelas dalam sebaran perolehan medali. Dari 12 cabang olahraga yang diikuti hanya bulutangkis, tenis, golf, atletik dan renang yang menyumbangkan emas bagi kontingen Indonesia.

Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016