Dalam proses penyerahan diri tersebut, pemerintah daerah dapat menjadi mediator."
Palu (ANTARA News) - Keberhasilan Satuan Tugas Operasi Tinombala menembak mati Santoso alias Abu Wardah pada Senin, 18 Juli 2016, di hutan Poso amat melegakan berbagai pihak di Sulawesi Tengah, mulai dari masyarakat, pengusaha sampai pemerintah daerah.

Operasi perburuan gembong teroris yang paling dicari aparat keamanan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah berlangsung sejak Januari 2015 yang diawali dengan Operasi Camar Maleo sepajang 2015, dan dilanjutkan Operasi Tinombala mulai Januari 2016 sampai saat ini.

Sejumlah prajurit TNI dan Polri telah gugur dalam operasi tersebut, dan ratusan miliar rupiah dana rakyat dihabiskan untuk membiayai kegiatan polisi dan TNI memburu dan menumpas kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso, amir Mujahiddin Indonesia Timur (MIT).

Secara umum, bagi masyarakat Sulawesi Tengah, khususnya di Poso, tidak ada perasaan terancam atau tidak aman atas aktivitas kelompok Santoso dengan sekitar 40-an pengikutnya dalam dua-tiga tahun terakhir.

Namun, sebagian masyarakat Poso yang bermukim di wilayah Poso Pesisir, mengakui terganggu rasa amannya dengan aktivitas Santoso dan kawan-kawan, yang bersembunyi di hutan-hutan kawasan Poso dan sering mencuri di lahan penduduk.

Cukup banyak warga yang tidak bebas lagi mencari hidup dengan berkebun di sekitar kawasan hutan selama Santoso beraksi hingga diburu aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Oleh karena itu, tertembaknya Santoso sangat melegakan masyarakat karena meskipun masih ada belasan pengikut Santoso yang dikejar Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala saat ini, namun mereka telah melemah dan dilaporkan sudah kehilangan orientasi setelah Santoso mati.

"Terima kasih kepada TNI dan Polri, pemerintah daerah dan masyarakat karena sudah bersusah payah menumbuhkan kembali kehidupan masyarakat di Poso hingga akhirnya berhasil menumpas Santoso, walaupun Santoso dalam kondisi meninggal dunia," kata tokoh masyarakaty Poso, Yus Mangun.

Yus mengatakan masyarakat Poso mendukung perpanjangan tugas TNI dan Polri yang tergabung dalam Satgas Operasi Tinombala dengan harapan satgas ini bisa segera menuntaskan operasi mereka dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Anggota DPRD Sulawesi Tengah itu sangat yakin dengan dukungan luas dari masyarakat dan pemerintah daerah kepada Satgas Operasi Tinombala, maka jaringan kelompok Santoso yang tersisa akan ditumpas dalam waktu yang tidak terlalu lama karena mereka sudah teridentifikasi seluruhnya sehingga langkah mereka semakin sempit.

Legislator Sulawesi Tengah dari daerah pemilihan Poso tersebut mengatakan untuk menghindari nyawa yang melayang sia-sia, dirinya menyarankan agar kelompok Santoso yang masih masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) sebaiknya menyerahkan diri.

"Para petinggi agama, adat, dan aparat di Kabupaten Poso urun rembug menghimbau kelompok Santoso yang tersisa dapat menyerahkan diri tanpa syarat kepada aparat keamanan," katanya.

Ia menimpali, "Dalam proses penyerahan diri tersebut, pemerintah daerah dapat menjadi mediator. Langkah ini akan jauh lebih baik."

Peristiwa tewasnya Santoso dan pengikutnya, menurut dia, patut direnungi dan dijadikan pelajaran bagi masyarakat Indonesia khususnya di Poso agar tidak mengikuti jejak buronan aparat selama bertahun-tahun itu.

"Saya mengimbau kepada handai taulan khususnya masyarakat Poso, meninggalnya Santoso sebaiknya dijadikan bahan perenungan agar tidak mengikuti jalan hidupnya," katanya.

Dia juga berharap dengan meninggalnya Santoso hingga nanti para pengikutnya ditangkap tidak ada lagi gangguan stabilitas, karena Poso sudah 17 tahun masuk dalam lensa pemberitaan negatif khususnya terkait dengan jaringan teroris internasional.

Investasi Poso

Kabar meninggalnya Santoso juga melegakan pihak Kamar Dagang dan Industri Kawasan Timur Indonesia (Kadin KTI), yang langsung mengajak para pengusaha untuk berinvestasi di Poso karena aparat telah berhasil mengakhiri aksi teroris berkeliaran di daerah tersebut.

"Kadin sangat berterima kasih dan mengapresiasi kinerja Kapolri Tito Karnavian yang langsung menepati janjinya untuk mengakhiri aksi Santoso di Poso, hanya dalam sepekan setelah dilantik," kata Wakil Ketua Umum Kadin KTI Andi Karumpa.

Menurut dia, gebrakan Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian di Poso memberikan harapan bahwa keamanan di daerah yang kaya akan sumber daya alam itu akan terjaga dengan baik, sehingga aktivitas ekonomi dan bisnis bisa kembali bergerak seperti sedia kala.

Kabupaten Poso merupakan daerah yang sangat strategis di Sulawesi karena menjadi simpul dari urat nadi transporasi darat dan laut se-Sulawesi. Konsekuensinya, bila daerah tersebut terganggu keamanannya, maka seluruh Sulawesi juga ikut terganggu.

Posisi Poso itu persis di pertengahan Sulawesi. Dari kota ini terbentang jalan Trans Sulawesi yang semakin mulus menuju Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo dan Sulawesi Utara serta sejumlah kabupaten di Sulteng yang terletak di sebelah Timur Poso, yakni Tojo Unauna, Banggai, Banggai Kepulauan dan Banggai Laut.

Selain itu, Poso juga pintu masuk ke sejumlah kawasan industri dan ekonomi khusus, baik ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu, Kawasan Industri Morowali, kawasan produksi minyak dan gas di Donggi Senoro, serta kawasan pariwisata Kepulauan Togean dan Danau Poso.

"Pascapenangkapan Santoso, Kadin mengajak pengusaha untuk berinvestasi ke Poso," ujar Andi

Ia menyebut Poso merupakan salah satu daerah yang sangat luas, memiliki sumber daya alam yang baik sehingga layak dilirik untuk berinvestasi.

Di Poso telah dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas hampir 200 Mega Watt (MW) dan sedang diproses lagi PLTA berkapasitas dua kali lipat.

Sejumlah potensi komoditas di Kabupaten Poso seperti kakao, cengkeh, peternakan, kelautan perikanan dan pertambangan emas. Poso juga memiliki potensi pariwisata yang besar, yakni Danau Poso.

"Di wilayah Napu-Bada, Kabupaten Poso, juga terdapat padang rumput yang luas, suhunya sejuk dan dingin, cocok untuk peternakan sapi dan agri industri. Jadi, kami ajak pengusaha berinvestasi di Poso," katanya.

Ia juga berharap agar semua pihak menghilangkan stigma Poso sebagai daerah konflik.

Oleh karena itu, pengusaha Poso dan Sulteng sangat berharap Polri dan TNI dalam Satgas Operasi Tinombala dapat menuntaskan misinya, dan bisnis di kawasan tersebut terus bergulir maju bersama masyarakatnya.

Terasa memahami kehendak masyarakat, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantio saat berkunjung ke Palu dua hari setelah tertembaknya Santoso langsung menegaskan bahwa TNI-Polri akan melanjutkan Operasi Tinombala dengan memperluas operasi terirorial untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Poso.

"Kita akan manfaatkan momentum kematian Santoso untuk meningkatkan operasi. Operasi Tinombala tak akan mengendor, malah semakin kuat," katanya bersama Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian kepada pers di Palu, Rabu (20/7)

Salah satu bentuk perkuatan operasi itu adalah menggelar operasi-operasi teritorial yang tujuannya adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar daerah Operasi Tinombala tersebut.

Operasi teritorial nanti akan dilaksanakan atas kerja sama dengan pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah serta instansi terkait lainnya.

"Kita akan bersama-sama dalam operasi ini dan yang akan dominan adalah gubernur," demikian Gatot Nurmantyo.

Gubernur Sulteng Longki Djanggola pun mengapresiasi Polri-TNI atas keberhasilan Operasi Tinombala karena kematian Santoso akan membawa efek keamanan yang luas dan besar dalam upaya menciptakan kepercayaan publik dan rasa aman mereka sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan semakin tinggi.

"Pemerintah dan masyarakat Sulteng selalu mendukung operasi ini, karena keamanan yang terjamin akan semakin mempercepat terealisasinya program-program pembangunan daerah untuk mewujudkan Sulawesi Tengah menjadi daerah yang maju, mandiri dan berdaya saing," ujarnya menambahkan.

Oleh Rolex Malaha
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016