Pilihan kita adalah berpihak pada kesatuan dan persatuan bangsa."
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI Mahfuz Sidik mengingatkan bahwa Indonesia jangan terperangkap konflik bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) yang cenderung meningkat di berbagai kawasan di dunia.

"Konflik suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) terjadi lagi di Indonesia, tepatnya di Tanjung Balai, Sumatra Utara," katanya dalam pernyataan di Jakarta, Sabtu.

Mahfuz mengemukakan, pemerintah harus segera lakukan dua hal, yakni menegakkan hukum terhadap semua pihak yang terlibat dan bertanggung jawab atas kasus tersebut, dan melakukan langkah pencegahan meluasnya konflik tersbut ke daerah lain.

"Konflik SARA di Tanjung Balai tidak boleh dianggap sepele. Ada potensi letupan konflik yang lebih besar dan luas," katanya.

Jika itu terjadi, menurut dia, maka bisa menjadi pintu kekacauan politik dan ekonomi baru di negeri ini.

"Apa pasalnya? Pertama, konflik SARA sedang menjadi tren dunia. Kekacauan politik di kawasan Timur Tengah yang melibatkan beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat telah memunculkan kekuatan teror baru yang menakutkan, yaitu ISIS," katanya.

Peristiwa Tanjung Balai, menurut dia, adalah suatu yang mengagetkan karena rasanya belum pernah terjadi sebelumnya.

"Apa yangg mendorong warga tersbut melakukan protes yang memicu kemarahan? Dan, kenapa reaksi balik dari ribuan warga lainnya begitu dahsyat? Kasus ini berpotensi menjadi apa bagi republik?," katanya.

Menurut mantan Ketua Komisi I DPR RI itu, kasus Tanjung Balai merupakan peluit peringatan yang sangat keras buat bangsa ini dan semua jajaran pemerintahan di pusat dan daerah.

"Pilihan kita adalah berpihak pada kesatuan dan persatuan bangsa," katanya.

Tetapi, negara harus menegakkan hukum terhadap siapapun yang terbukti merusaknya. "Siapapun dia. Sambil negara memastikan bahwa dirinya mampu menjadikan Indonesia sebagai tempat hidup yang harmoni bagi semua anak bangsa," demikian Mahfuz Sidik.

Pewarta: Sri Muryono
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016