Di sini saya berusaha mengungkapkan keintelektualan mereka, negatif dan positif kehidupan mereka dari cara pandang mereka sendri, bukan dari cara pandang orang normal yang bahkan tidak mengerti skizofrenia."
Bandung (ANTARA News) - Pertunjukan teater tari dengan tema skizofrenia tampil di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Bandung, Sabtu (30/7) untuk meluruskan pandangan masyarakat terhadap fenomena psikologis itu.

"Pegelaran dengan tema skizofrenia ini berawal dari kegelisahan pribadi, bagaimana cara pandang masyarakat yang melihat penderita skizofrenia sebagai orang terpinggirkan," kata koreografer pentas Skizofrenia, Santi Pratiwi di Bandung, Sabtu.

Kegiatan yang digelar Yayasan Kelola First State Investments City asal Surabaya itu mempersembahkan pertunjukan dance teater dengan tema itu untuk mengungkapkan sisi lain dari skizofrenia, yang sebenarnya merupakan orang yang mempunyai intelektual.

"Di sini saya berusaha mengungkapkan keintelektualan mereka, negatif dan positif kehidupan mereka dari cara pandang mereka sendri, bukan dari cara pandang orang normal yang bahkan tidak mengerti skizofrenia," kata Santi.

Menurutnya, banyak orang yang menderita Skizofrenia dan sadar mereka mengidap hal tersebut, tidak seperti penderita lain yang mendapatkan pandangan juga perlakuan negatif dari lingkungannya.

"Skizofrenia itu berangkat dari halusinasi, menurut psikiaterpun tidak menutup kemungkinan kalau orang yang melihat teks di gadget lalu tertawa sendiri karena imajinasinya akan mengalami skizofrrenia," kata Santi.

Ia berharap, karena alasan tersebut, stigma negatif tentang skizofrenia bisa diminimalisir oleh masyarakat, dan tidak mengucilkan atau memberikan perlakuan buruk terhadap penderitanya.

"Untuk riset secara pribadi sampai menjadi karya ini prosesnya dua tahun, riset dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya, lalu riset secara teori dari buku, juga dari pengalaman pribadi yang mempunyai kerabat pengidap skizofrenia," kata Santi.

Ia mengatakan, dalam risetnya ia tidak mengambil satu subjek karena ciri dalam setiap kasus berbeda, tetapi Santi mengambil suatu objek yang menjadi poin keseluruhan dari skizofrenia.

Menurutnya, kehidupan masyarakat di Indonesia dinaungi oleh norma dan terkadang masyarakat yang melakukan hal di luar falsafah hidup suatu daerah tertentu dianggap tidak normal.

"Ada beberapa simbol dari mereka yang tidak bisa diungkapkan melalui gerakan karena terlalu absurd," katanya.

Santi mengungkapan, pertunjukan secara utuh merupakan ketiga kalinya, namun untuk pertunjukan dengan beberapa bagian sudah sering di berbagai event.

"Konsep pertunjukan ini yaitu pertunjukan dalam galeri, idealnya di ruang black box, meskipun bukan di ruang black box, esensi yang di dapat oleh penonton benar-benar tersampaikan," katanya.

Menurutnya, yang nanti memberi "shoking" bukan hanya dari penari, tapi lewat gerak, musik, serta setting ruang.

"Pertunjukannya tidak akan bermain secara prosenium karena ini konsepnya galeri jadi penonton akan merasa dalam empat dimensi, maka tidak ada batasan ruang penonton dan penari, penonton bisa bebas mengambil ruang dan emosi yang dihadirkan dalam pertunjukan," katanya menambahkan.

Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016