Kita hadapi di domestik ini penurunan `yield` (imbal hasil) atau harga rata-rata kita hampir 10 persen dibanding tahun sebelumnya
Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menelan kerugian sebesar 63,2 juta dolar AS atau setara dengan Rp824 miliar pada Semester I 2016 atau anjlok 315,7 persen dari periode sama 2015 yang meraup laba bersih sebesar Rp392,6 miliar.

Direktur Utama Garuda Indonesia M Arif Wibowo dalam konferensi pers di Jakarta, Senin mengungkapkan bahwa kerugian yang dialami oleh perseroannya karena persaingan ketat di penerbangan domestik yang menyebabkan terjadinya perang harga.

"Kita hadapi di domestik ini penurunan yield (imbal hasil) atau harga rata-rata kita hampir 10 persen dibanding tahun sebelumnya," katanya.

Meskipun pendapatan penumpang per kilometer naik Garuda Indonesia naik sebesar 9,8 persen, Citilink Indonesia naik 19 persen dan kapasitas naik 20 persen, Arif mengatakan hal itu tidak mampu menutupi besarnya kerugian perusahaan.

Sementara itu, total pendapatan Garuda sendiri turun 4,1 persen di Semester I 2016, yaitu 1,76 miliar dolar AS dari 1,84 miliar dolar AS pada periode yang sama 2015.

Selain itu, Arif menambahkan gejolak perekonomian dunia yang masih belum stabil juga mempengaruhi operasional perseroan.

Kendatipun, dia mengaku optimistis karena nilai tukar rupiah sudah mulai membaik dengan adanya kebijakan baru dari pemerintah.

"Ini indikasi yang positif ke depannya dengan kebijakan pemerintah yang baru, rupiah semakin menguat, ini prospek yang baik ke depan," katanya.

Arif mengaku pihaknya sudah berusaha untuk memperbaiki kinerja perusahaan dengan mengoperasikan sembilan pesawat baru dari 17 pesawat dan memperluas bisnisnya hingga ke Eropa yang saat ini sudah bisa melalui Bandara Heathrow dan Gatwick, London, Inggris.

"Semester I ini sangat challenging (menantang), kita deploy (mengoperasikan) lima pesawat wide body (berbadan lebar) ke Eropa dan tingkat isian di tiga bulan pertama lebih baik," katanya.

Arif mengatakan ke depannya akan menggenjot pendapatan dengan cara mengoptimalkan rute-rute yang sudah dibuka pada Semester I 2016.

"Sudah kita investasikan di Semester I 2016 ini dan harus memberikan perolehan yang positif," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Helmi Imam Satriyono menjelaskan 80 persen pendapatan dalam rupiah, sementara laporan keuangan dalam dolar AS.

"Jadi, begitu dolar menguat, in terms of dollar (versi) dolar kita jadi kecil, jadi memang ada koreksi," katanya.

Helmi mengaku pada Semester II 2016, kondisi keuangan akan membaik karena adanya kegiatan penerbangan untuk umrah, haji pada November mendatang serta Lebaran akhir Juli lalu.

"Jadi, kita optimistis sekali," katanya.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016