Jakarta (ANTARA News) - Ketua Perhimpunan Manajemen Sumberdaya Manusia (PMSM) Indonesia, Pambudi Sunarsihanto, mengatakan perusahaan-perusahaan di Indonesia harus bersiap untuk menyesuaikan diri meladeni lonjakan dominasi generasi millenial terhadap angkatan kerja di Indonesia.

Generasi millenial mengacu pada angkatan kerja yang saat ini berusia 18-34 tahun, yang menurut Pambudi memiliki beberapa karakter tersendiri salah satu yang paling kentara adalah menginginkan segala sesuatu dicapai dalam jangka waktu lebih pendek atau hampir instan.

"Ada pergeseran tren bahwa segala hal hanya bisa dinikmati dalam jangka waktu yang semakin pendek, dan itu juga berlaku dalam urusan promosi kerja misalnya," kata Pambudi dalam diskusi tren angkatan kerja generasi millenial Indonesia yang diselenggarakan media sosial profesional LinkedIn di Jakarta, Selasa.

"Kalau generasi sebelumnya ada kecenderungan untuk diajarkan loyal terhadap perusahaan, itu tidak berlaku bagi generasi millenial yang cenderung lebih egois," ujar pria yang juga menjabat sebagai Direktur Sumberdaya Manusia Citi Indonesia itu menambahkan.

Oleh karena itu, perusahaan harus siap untuk memangkas waktu pekerja generasi millenial yang dihabiskannya di satu peran atau jabatan saja.

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Divisi Komunikasi Pemasaran Terintergrasi Indosat Ooredoo, Mohamad Ario Adimas, yang mengaku di tempatnya ia menerapkan pencacahan sistem penilaian kerja dalam durasi yang lebih pendek dan variatif.

"Jangka waktunya tidak lagi panjang, diperpendek bisa dalam hitungan bulan bahkan pekan. Dengan demikian pencapaian kerja tetap terpantau," kata pria berusia 27 tahun dan telah melanglang buana ke lima perusahaan dalam tujuh tahun karir kerjanya itu.

Dimas, yang menjadi bagian dari angkatan kerja millenial itu, juga membenarkan kecenderungan egosentrisme generasinya, yang salah satunya tercermin dari menjamurnya penggunaan media sosial yang tak lain ajang aktualisasi diri sekaligus pemuasan sisi narsisme generasi millenial.

Selain perkara jenjang karir yang lebih lekas, Dimas juga menyoroti cara baru untuk memberikan daya tarik tersendiri bagi sebuah pekerjaan yang bisa ditempuh perusahaan yakni tidak melulu memberi apresiasi berupa uang.

"Perusahaan harus bisa membungkus benefit bekerja di sana dengan cara yang keren. Misalnya, dengan bekerja di sana karyawan diberikan gratis fasilitas gym di tempat tertentu. Itu kalau dihitung dengan uang nominalnya hanya menambahkan sekira Rp600.000 ke gaji, tapi ketika diceritakan ke lingkungan pergaulan terdengar lebih keren dalam bentuk gratis gym," ujarnya.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016