Padang (ANTARA News) - Praktisi bisnis yang juga menjabat Komisaris Garuda Indonesia, Donny Oskaria, menilai jarang sekali pengusaha Minang di Sumatera Barat (Sumbar) yang mampu mempertahankan usahanya lebih dari dua generasi.

"Berapa banyak nama-nama pengusaha Minang yang top, kemudian hilang, muncul yang baru lalu tenggelam lagi," kata dia di Padang, Selasa.

Ia menyampaikan hal itu pada peluncuran sekolah bisnis Minangkabau dan pusat kewirausahaan bernama Minangkabau Business School and Entrepreneurship Center (MBS-EC), bertujuan memperkuat kapasitas pelaku usaha, melakukan inovasi dan kewirausahaan.

Menurut dia penyebab utama hal itu terjadi akibat terlambat melakukan perpindahan dari bentuk bisnis konvensional yang bertumpu pada keahlian individual menjadi perusahaan yang dikelola secara profesional.

Boleh dilihat hampir tidak ada pengusaha Sumbar yang mampu bertahan lama dengan skala usaha cukup besar, tambah dia.

Ia melihat saat ini dunia usaha berubah begitu cepat sehingga kesempatan untuk berwirausaha jauh lebih besar dan lebih mudah.

"Tren ke depan kesempatan untuk membuka usaha lebih besar karena terjadi evolusi luar biasa cara berbisnis dari konvensional ke digital," ujar dia.

Ia memberi contoh 10 tahun lalu untuk berdagang pakaian harus beli toko kemudian mengisi namun hanya bisa diakses pembeli dengan area yang terbatas.

"Sekarang untuk berbisnis pakaian cukup punya modal ratusan ribu, bikin lima sampel baju, foto kemudian masukan ke internet seluruh dunia bisa membeli," katanya.

Selain itu jika dulu orang membayangkan perusahaan besar itu adalah memiliki pabrik besar dengan karyawan ribuan sekarang tidak lagi.

Kapitalisasi perusahaan besar General Elektrik sekarang bisa dikalahkan oleh usaha transportasi Uber yang tak pernah punya kendaraan satu pun, tetapi pasarnya jauh lebih besar karena mampu memberikan solusi terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat, lanjutnya.

Ia juga membandingkan perusahaan penyedia tiket pesawat Traveloka dengan total penjualan tiket per tahun Rp17 triliun dan baru saja ditawar seharga Rp26 triliun, namun tidak punya cabang dengan karyawan hanya 350 orang.

"Ini dunia masa depan, cara memenangkan persaingan adalah memahami kebutuhan konsumen dan perilakunya," ujar dia.

Sementara Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno mengatakan pihaknya bersama perguruan tinggi, dan swasta menggagas Minangkabau Business School and Entrepreneurship Center sebagai terobosan untuk meningkatkan kapasitas pelaku usaha.

Menurutnya selama ini banyak warga Sumbar yang sudah punya usaha namun belum semuanya sukses untuk itu MBS-EC akan memecahkan persoalan yang dialami pelaku usaha.

"Misalnya banyak yang terjebak dengan pola pikir kalau ingin berusaha harus ada modal, padahal jika ditelusuri kisah pengusaha sukses pasti banyak yang mulai dari bawah," ujarnya.

Pada sisi lain, lanjut dia ada juga yang usaha sudah jalan , namun lemah dari sisi pemasaran, jaringan hingga akses perbankan sehingga sulit untuk mengembangkannya.

Semua kesulitan-kesulitan tersebut akan diterobos oleh Minangkabau Business School and Entrepreneurship Center, ujarnya.

Ia mengemukakan pada akhirnya kehadiran MBS-EC akan meningkatkan pendapatan masyarakat yang memiliki usaha dan mengurangi pengangguran karena jika jumlah wirausaha bertambah otomatis angka kemiskinan akan berkurang.

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016