Di Amerika Serikat, pelayanan rumah sakit bermacam-macam. Ada yang melayani pertanyaan dokter dan perawat saat melakukan perawatan hingga pendampingan sampai peresepan,"
Bandarlampung (ANTARA News) - Apoteker atau peracik obat dalam dunia kedokteran memiliki peranan penting sebagai pendukung percepatan penyembuhan pasien.

"Di Amerika Serikat, pelayanan rumah sakit bermacam-macam. Ada yang melayani pertanyaan dokter dan perawat saat melakukan perawatan hingga pendampingan sampai peresepan," kata Profesor Roger D. Lander Pharm.D., FASHP, FCCP, BCACP dari McWhorter School of Pharmacy Samford University, dalam seminar farmakologi di RS Imanuel Lampung, Sabtu.

Menurut dia, pada tahap lebih jauh lagi, sudah ada manajemen program antibiotik di mana pasien diperiksa hingga kepatuhannya guna pemberian dosis atau obat-obatan agar si pasien mengalami kesembuhan.

"Beberapa rumah sakit dan komunitas apoteker sekarang, bekerjasama dengan dokter dalam menangani beberapa jenis pasien atau kelompok obat," ujarnya.

Ia melanjutkan, manajemen terapi pengobatan memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil pengobatan pada pasien.

Untuk itulah, kata dia, perlunya meningkatkan kepatuhan pasien dalam hal minum obat yang diresepkan, serta ketika diresepkan; bagaimana penentuannya.

Maka dari itu, pendidikan obat untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga / pengasuh dalam pengobatan menggunakan apoteker sangatlah penting.

"Ke depan bekerja sama antara dokter dan apoteker untuk mencapai tujuan tersebut akan sangat berguna demi peningkatan mutu keselamatan pasien," kata dia.

Hanya saja, ia melanjutkan, terdapat persoalan dalam pengembangan layanan farmasi klinis dalam dunia farmakologi atau ilmu yang mempelajari pengaruh bahan kimia pada sel hidup dan sebaliknya reaksi sel hidup terhadap bahan kimia.

"Pertama, persoalan yang paling mendasar adalah faktor keuangan. Kedua adalah pembuktian bahwa adanya apoteker dapat memperkecil biaya atau lebih memaksimalkan pelayanan hingga kesembuhan pasien," kata dia.

Kedua faktor itu, ia melanjutkan, tentu saling berkaitan antara dokter dan apoteker akan saling membutuhkan dalam proses pelayanan kesehatan.

Selanjutnya ada faktor ketiga, lebih pada tingkat kepercayaan dokter terhadap ahli obat dalam mendukung penyembuhan pasien.

"Paling mendasar, saat ini masih banyak kekurangannya keterampilan klinis yang diperoleh selama pendidikan farmasi resmi bagi sang apoteker," kata dia.

Sementara itu, Ketua Bidang pendidikan dan penelitian Himpunan Seminar Rumah Sakit Indonesia (Hisfarsi) Yulia Trisna Apt MPharm mengatakan, penerapan manajemen dan penggunaan obat dalam akreditasi baru KARS versi 2012 sangatlah penting.

Mengapa RS perlu akreditasi itu, ia melanjutkan,berdasarkan UU 44/2009 tentang rumah sakit tercatat dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, RS wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal tiga tahun sekali.

Kemudian, akreditasi itu hanya dilakukan dan dikeluarkan oleh lembaga independen baik standar dalam maupun luar negeri berdasarkan akreditasi yang berlaku.

"Perlu mendapatkan akreditasi itu karena terdapat beberapa manfaat, baik terhadap RS maupun pasien yang berobat di fasilitas kesehatan tersebut," ujarnya.

Tidak hanya RS-nya saja, ia menambahkan, manfaat juga akan dirasakan oleh para pegawai di faskes tersebut.

Yulia juga menyebutkan, ciri-ciri RS berkualitas adalah mengutamakan kepuasan pelanggan, proses pelayanannya terkoordinasi dan efisien, fasilitas dan lingkungan aman, petugasnya memiliki pengetahuan serta ketrampilan yang baik.

"Budaya kerjanya bermutu hingga memiliki standar dan pedoman untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan serta keselamatan pasien," kata dia.

Pewarta: Hisar S & Agus Setyawan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016