Chicago (ANTARA News) - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir turun pada Senin (Selasa pagi WIB), karena dolar AS yang lebih kuat memberikan tekanan terhadap logam mulia.

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember turun 3,1 dolar AS, atau 0,23 persen, menjadi menetap di 1.341,3 dolar AS per ounce.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, naik 0,12 persen menjadi 96,39 pada pukul 18.00 GMT.

Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.

Setelah rilis angka ketenagakerjaan AS yang positif pada Jumat lalu, bank sentral AS telah membiarkan pintu terbuka untuk kenaikan suku bunga pada akhir tahun. Tetapi mengingat angka PDB kuartal kedua, para pedagang yakin itu (kenaikan suku bunga tahun ini) tidak mungkin.

Risalah pertemuan Fed sebelumnya menyebabkan para pedagang percaya bahwa Fed akan menaikkan suku bunga 0,50 ke 0,75 selama pertemuan kebijakan Fed pada Desember.

Menurut alat Fedwatch CME Group, probabilitas tersirat saat ini untuk kenaikan suku bunga dari 0,50 ke 0,75 adalah pada 18 persen pada pertemuan September 2016, 21 persen pada pertemuan November 2016, dan 48 persen pada pertemuan Desember.

Logam mulia dicegah dari penurunan lebih lanjut, karena indeks Dow Jones Industrial Average AS turun 24 poin, atau 0,13 persen pada pukul 18.00 GMT.

Para analis mencatat bahwa ketika ekuitas membukukan kerugian, logam mulia biasanya naik karena investor mencari tempat yang aman, sebaliknya ketika ekuitas membukukan keuntungan maka logam mulia biasanya turun.

Pedagang juga menunggu rilis klaim pengangguran AS mingguan pada Kamis, bersama dengan indeks harga produsen dan laporan penjualan ritel pada Jumat.

Perak untuk pengiriman September turun 1,2 sen, atau 0,06 persen, menjadi ditutup pada 19,805 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 3,9 dolar AS, atau 0,34 persen, menjadi ditutup pada 1.155,40 dolar AS per ounce. Demikian laporan Xinhua.

(A026) 

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016