Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mematangkan rencana jangka menengah panjang untuk menjaga ketersediaan bahan pangan pokok dengan harga yang lebih memadai bagi masyarakat.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution seusai rapat koordinasi di Jakarta, Selasa, memastikan rencana ini merupakan bagian dari kebijakan untuk menjaga stabilitas harga beras, jagung, daging dan gula.

Ia mengatakan ketersediaan bahan komoditas pokok saat ini sudah memadai, terutama beras yang tertolong oleh fenomena La Lina, yang membuat kondisi curah hujan di Indonesia lebih tinggi dari sebelumnya.

Saat ini total stok beras di Gudang Bulog mencapai angka 2,6 juta ton atau mengalami surplus dari proyeksi awal.

"La Nina bagus untuk padi, tapi kita perlu waspada untuk komoditas kedelai dan bawang," kata Darmin.

Data prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan strategis 2016 Kementerian Pertanian menyatakan dari komoditas strategis seperti beras, jagung, kedelai, gula pasir, minyak goreng, bawang merah, cabai besar, cabai rawit, daging sapi, daging ayam ras dan telur ayam ras, terdapat dua komoditas yang mengalami defisit persediaan.

Komoditas itu adalah kedelai yang mengalami defisit 42 persen dan daging sapi yang mengalami kekurangan pasokan 33 persen.

Untuk itu, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negeri yang jumlahnya diperkirakan mencapai 675.200 ton, pemerintah siap memprioritaskan tumbuhnya peternakan rakyat, khususnya bagi penggemukan sapi.

Saat ini, produksi sapi dalam negeri diperkirakan baru mencapai 441.761 ton, sehingga ada kekurangan pasokan komoditas itu sebesar 233.459 ton.

Infrastruktur


Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan untuk menjaga produksi pangan perlu adanya normalisasi sarana infrastruktur di berbagai daerah, agar pemanfaatan waduk maupun saluran irigasi dapat lebih optimal dan efisien.

Ia menambahkan normalisasi ini penting karena masih ada bendungan dengan debit air yang memadai, tapi sawahnya tidak ada. Begitu juga ada waduk tapi tidak ada irigasi primer dan sekunder untuk mengairi lahan di sekitarnya.

"Langkah ini perlu diambil untuk menciptakan kondisi pangan yang lebih baik, jadi normalisasi penting dilakukan di seluruh daerah daripada membuka lahan baru yang membutuhkan lebih banyak biaya dan waktu," ungkap Amran.

Namun, penyelesaian masalah ini masih membutuhkan ketersediaan data yang lebih akurat untuk menggambarkan kondisi riil waduk maupun saluran irigasi yang selama ini sudah terbangun.

Sedangkan, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengingatkan perlunya Bulog menjalankan penugasan untuk membeli seluruh hasil panen petani secara konsisten agar rencana pemerintah menjaga pasokan pangan bisa berhasil.

"Selain dari APBN, Bulog juga bisa menggunakan dana pinjaman dari bank. Karena Bulog sudah bankable (layak untuk mendapatkan pembiayaan dari perbankan)," katanya.

Menurut Enggar, Bulog tak perlu khawatir kekurangan gudang penyimpanan apabila ingin menyimpan pasokan dan melakukan antisipasi terhadap kemungkinan kenaikan harga komoditas pangan seperti beras.

"Karena banyak BUMN punya gudang tapi mangkrak bertahun-tahun. Ini yang akan kita pakai," lanjutnya sambil menegaskan pihaknya sudah bekerjasama dengan Kapolri, terutama kalau ada indikasi terjadi penimbunan.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016