Banjarmasin, Kalimantan Selatan (ANTARA News) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan belum bisa memastikan keberadaan satwa unik kijang emas yang hidup di kawasan hutan Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.

"Sampai saat ini belum ada foto atau video yang mampu merekam keberadaan satwa yang disebut-sebut hidup di wilayah Kalimantan Selatan ini," kata Kepala Seksi Konservasi BKSDA Kalimantan Selatan, Ridwan Effendi, di Banjarmasin, Rabu.

Menurut dia, memang banyak cerita dari mulut ke mulut tentang keberadaan satwa liar itu, bahkan beberapa warga mengaku sempat menemui kijang emas. Hanya saja, tak ada satupun foto yang autentik yang memastikan bentuk atau keberadaan satwa itu.

Lain halnya kelinci sumatera yang juga berbulu keemasan, yang ada fotonya.

BKSDA nantinya mencoba memasang kamera khusus yang mampu merekam keberadaan kijang emas, satwa yang menjadi perbincangan di wilayah Kabupaten Tanah Laut atau kawasan hutan Peleihari.

Berdasarkan catatan, kijang emas atau juga disebut kijang kuning (Muntiacus atherodes) sering dijumpai warga di kawasan Pegunungan Meratus.

Kijang kuning Kalimantan termasuk kelas mamalia, ordo (bangsa) Artiodactyla, famili (suku) Cervidae, subfamili Muntiacinae, genus (marga) Muntiacus, species (jenis) Muntiacus muntjak dan Muntiacus atherodes.

Secara morfologi, pada bagian atas (punggung) satwa liar ini berwarna merah kekuning-kuningan dengan sebaran kepirang-kepirangan di sepanjang bagian tengah terutama leher/tengkuk, bagian bawah (perut) pucat kekuning-kuningan, oranye agak keputih-putihan.

Ekor bagian atas berwarna coklat gelap dan kuning agak kecil dan ramping dengan tinggi bahu 50 cm, ukuran panjang dari kepala dan badan (tidak termasuk panjang ekor) 86-92 cm dengan berat 13,5-17,7 kg.

Tanduknya tidak memiliki cabang dengan panjang 1,6-4,2 cm dan panjang tangkai tanduk 6,5-8,7 cm. 

Pewarta: Hasan Zainuddin
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016