Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama dengan satuan tugas kebakaran hutan dan lahan (Satgas Karhutla) Riau telah menyebar sebanyak 31,67 ton garam guna membentuk hujan buatan di wilayah tersebut.

"Total garam yang disebar hingga hari ini 31,67 ton. Sementara yang tersisa 18,36 ton," kata Kasi Base Ops Lanud Roesmin Nurjadin, Mayor Ferry Duwantoro di Pekanbaru, Jumat.

Program TMC yang dilakukan BPPT bersama dengan satuan tugas kebakaran hutan dan lahan (Satgas Karhutla) Riau dimulai sejak pertengahan Juli 2016 lalu. Operasi TMC tersebut menggunakan pesawat Cassa 212 bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Pesawat yang mampu mengangkut satu ton garam dengan sasaran awan Cumulus pada ketinggian 9.000 hingga 12.000 kaki itu terus beroperasi hampir setiap hari untuk membentuk hujan buatan guna mencegah dan menanggulangi bencana Karhutla.

Beberapa wilayah yang telah disemai garam yakni wilayah pesisir Riau seperti Bengkalis, Dumai, Rokan Hilir, Siak. Kemudian penyemaian garam juga dilakukan di langit Pelalawan.

Seperti yang dilakukan hari ini, Ferry mengatakan pesawat menyemai satu ton garam dengan sasaran wilayah langit antara Kabupaten Bengkalis dan Siak pada ketinggian 8.000 kaki setelah ditemukan adanya sel awan Cumulus.

Selain mengandalkan hujan buatan, Satgas turut diperkuat dengan sejumlah armada seperti dua unit helikopter jenis MI-8 dan MI-171 serta dua AT yang seluruhnya dimanfaatkan untuk pengeboman air.

Dalam sepekan terakhir, Karhutla di Riau cenderung meningkat seiring dengan cuaca panas yang melanda wilayah tersebut.

Pemerintah Provinsi Riau sebelumnya telah memperpanjang status siaga darurat kebakaran lahan dan hutan yang berlaku enam bulan atau sejak Juni hingga 30 November 2016.

Komandan Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan Riau Brigjen TNI Nurendi mengatakan perpanjangan status itu sebagai upaya untuk memaksimalkan pencegahan penanggulangan karhutla karena setiap tahun terus terjadi terutama dalam 18 tahun terakhir.

Pewarta: Fazar Muhardi & Anggi Romadhoni
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016