Bengkulu (ANTARA News) - Sejumlah anggota Komunitas Mangrove Bengkulu menggelar pengamatan bersama burung pantai migrasi di ekosistem mangrove Taman Wisata Alam (TWA) Pantai Panjang, Kota Bengkulu.

"Kami menggelar pengamatan bersama dan belajar mengidentifikasi serta menghitung populasi burung pantai migrasi," kata Koordinator Komunitas Mangrove Bengkulu, Riki Rahmansyah di Bengkulu, Minggu.

Riki mengatakan dalam kurun Januari hingga April 2016, mereka sudah mengamati lima jenis burung air bermigrasi di Bengkulu yakni burung jenis dara laut biasa (Sterna hirundo), raja udang erasia (Alcedo atthis), berkik kembang besar (Rostratula benghalensis), wili-wili suar (Esacus magnirostris) dan elang tiram (Pandion haliaetus).

Hasil pengamatan Komunitas Mangrove Bengkulu bersama "Bencoolen Bird Watching" mengungkap bahwa lahan basah Bengkulu yang didominasi ekosistem mangrove merupakan jalur migrasi sebanyak 12 jenis burung air dan sejumlah burung pantai.

Pendataan tersebut dilakukan sejak 2014 di mana teridentifikasi 12 jenis burung air dan 10 jenis burung pantai yang menyinggahi lahan basah Bengkulu.

Jenis burung air yang bermigrasi di lahan basah Bengkulu antara lain burung biru-laut ekor-blorok (Limosa lapponica), cerek kernyut (Pluvialis fulva), cerek pasir besar (Charadrius leschenaultii), dan cerek pasir mongolia (Charadrius mongolus).

Ada pula gajahan penggala (Numenius phaeopus), gajahan besar (Numenius arquata), kedidi leher merah (Calidris ruficollis), trinil bandaran (Tringa cinereus), trinil ekor kelabu (Tringa brevipes), trinil kaki hijau (Tringa totanus), trinil kaki merah (Tringa nebularia) dan trinil pantai (Tringa hypoleucus).

Sedangkan jenis burung pantai yang teramati sebanyak 10 jenis yakni biru-laut ekor-blorok, cerek pasir besar, cerek tilil (Charadrius alexandrinus), gajahan penggala, gajahan besar, kedidi keher merah, trinil bandaran, trinil ekor kelabu, trinil pembalik batu (Arenaria interpres) dan trinil pantai.

Riki yang juga Koordinator "Bencoolen Bird Watching" mengatakan burung air biasanya berkumpul di lokasi penetasan untuk mengembalikan tenaga selama perjalanan mereka.

Oleh karena itu, kehilangan ekosistem lahan basah termasuk habitat mangrove untuk penetasan dapat berdampak pada keberhasilan perjalanan dan kelangsungan hidup burung air bermigrasi.

Pewarta: Helti M Sipayung
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016