Rio de Janeiro (ANTARA News) - Memasuki babak-babak perempat final dan semifinal cabang bulu tangkis Olimpiade 2016, fokus perhatian mulai terarah pada pemain-pemain yang masih bertahan untuk dapat menjuarai pesta olah raga sejagat ini.

Penonton yang sebagian besar adalah suporter dari negara para peserta di arena bulu tangkis Riocentro, Rio de Janeiro, itu pun semakin semangat mendukung jago-jagonya berlaga.

Seperti saat dimulainya babak perempat final Minggu malam, suporter dari China, Jepang dan Korea terlihat dominan karena jumlahnya ratusan dan selalu memberikan teriakan semangat atau "yel-yel" khasnya pada atletnya yang sedang tampil.

Demikian juga Malaysia yang pemain-pemain lolos ke perempat final, termasuk pemain nomor satu dunia Lee Chong Wei, mendapat dukungan dari suporternya yang datang ke arena dengan kaos bermotif "Harimau Malaya".

Pemain-pemain dari Denmark, Inggris, Jerman, Polandia, Spanyol, dan Bulgaria pun mendapat dukungan cukup besar karena suporter dari negara-negara kompak saling mendukung tiap mereka tampil sebagai sesama Eropa.

Suporter Indonesia yang hanya puluhan jumlahnya pun terlihat seperti "tenggelam "dalam keriuhan teriakan penonton di arena bulu tangkis ini.

Seperti diungkapkan oleh Dubes RI untuk Brazil, Toto Riyanto, jumlah warga Indonesia di Rio de Janeiro sangat sedikit, sehingga sulit untuk menggalang suporter yang lebih banyak.

Suporter Indonesia di Olimpiade Rio de Janeiro ini umumnya adalah kalangan staf KBRI dan juga anggota kontingen Indonesia lainnya. Dengan atrlibut Merah-Putih mereka tetap semangat mendukung para pemain Indonesia, sehingga tidak "tenggelam" dalam keriuhan suporter negara lain.

Arena bulu tangkis di Paviliun 4 Riocentro berkapasitas sekitar 10 ribu penonton juga tidak selalu penuh, karena cabang ini kurang populer di Brazil.

Tiket masuk untuk cabang bulu tangkis ini terbilang mahal. Untuk babak penyisihan berkisar 60-150 reais (sekitar Rp240 ribu-Rp600 ribu), sedangkan untuk babak final mencapai 260 reais.

Pewarta: Teguh Handoko
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016