Washington (ANTARA News) - Lima belas tahanan Teluk Guantanamo dipindahkan ke Uni Emirat Arab menurut keterangan Pentagon, Senin (15/8).

Dengan pemindahan itu, jumlah tahanan yang tersisa di pusat penahanan tersebut kini 61 orang. Sejak tragedi 11 September 2001, ada sekitar 780 narapidana mendekam di penjara militer Amerika Serikat tersebut.

Menurut seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, yang berbicara dengan syarat namanya tidak disebut, 12 narapidana pria yang dipindahkan berasal dari Yaman sementara tiga lainnya berasal dari Afghanistan.

Pentagon awalnya kesulitan mencari negara ketiga yang bersedia menampung para tahanan dari Yaman, yang tidak bisa kembali ke negara asal mereka karena sedang dilanda perang sipil.

"Amerika Serikat berterima kasih kepada pemerintah Uni Emirat Arab atas sikap kemanusiaan dan kesediaan mendukung upaya Amerika Serikat untuk menutup" Guantanamo, menurut pernyataan Pentagon.

Setelah dipindahkan, bekas tahanan biasanya dibebaskan namun tetap berada di bawah pengawasan dan menjalani program rehabilitasi.

Di antara tahanan yang dipindahkan ada warga Afghanistan yang disebut Obaidullah, yang dituduh menyembunyikan ranjau darat pada 2001. Dia ditahan 14 tahun tanpa disidang.

Pengumuman Senin mewakili pemindahan tahanan terbesar di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama.

"Pelanjutan operasi fasilitas penahanan melemahkan keamanan nasional kita karena menguras sumber daya, merusak hubungan kita dengan sekutu-sekutu dan mitra penting, dan memicu munculnya ekstremis keras," kata Duta Besar Lee Wolosky, utusan khusus untuk penutupan Guantanamo, dalam pernyataan.

"Dukungan dari teman dan sekutu kita--seperti UEA-- kritis bagi pencapaian tujuan bersama kita," katanya seperti dikutip kantor berita AFP.

Amnesty International Amerika Serikat menyambut pengumuman tersebut sebagai bukti Presiden Barack Obama serius menutup pusat penahanan kontroversial Teluk Guantanamo sebelum masa jabatannya berakhir.(ab)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016