Jakarta (ANTARA News) - Ketua MPR Zulkifli Hasan menegaskan bahwa tidak ada tempat bagi pelaku radikalisme dan terorisme di Indonesia, apalagi jika tujuannya untuk mendirikan negara sendirii.

"Siapa pun yang melakukan tindakan terorisme dan radikalisme harus ditindak tegas. Tembak atau tangkap," ujar Zulkifli Hasan di Jakarta, Selasa.

Menurut Zulkifli, siapa pun yang menentang Pancasila dan mencederasi demokrasi dengan memaksakan kehendaknya apalagi dengan kekerasan maka mereka berarti melawan negara.

"Siapa pun yang melawan negara maka mereka akan berhadapan dengan hukum negara," katanya.

Menurut Zulkifli, beda pendapat sangat memungkinkan dalam demokrasi. Menggalang kekuatan pun boleh untuk maju menjadi anggota DPR, presiden, gubernur, bupati.

"Tapi kalau memaksakan kehendak, apalagi sampai membunuh, tembak mati saja. Tidak ada tempat untuk memaksakan kehendak di bumi Indonesia," kata Zulkifli.

Ia mengajak segenap warga bangsa untuk selalu mengamalkan dan melaksanakan nilai-nilai luhur Pancasila dan keindonesiaan. Ia yakin jika itu dilakukan maka paham radikal dan terorisme tidak akan mampu mengganggu keutuhan NKRI.

Sementara itu, aktivis Gerakan Indonesia Bersih Adhie M Massardi mengatakan nasionalisme pada zaman kini adalah nasionalisme baru di mana orang mencintai bangsanya dengan cara baru dan lebih terbuka.

"Generasi baru mencintai bangsanya dengan berbagai cara, terbuka, dan dengan menjangkau banyak bidang semisal ekonomi kreatif, pendidikan sampai olahraga, katanya.

Untuk itu, lanjut mantan juru bicara Gus Dur itu, Pemerintah juga harus berperan memberi stimulus kegiatan yang mendekatkan generasi muda kepada nasionalisme baru yang bisa menjauhkan mereka dari hal yang destruktif, termasuk radikalisme dan terorisme.

MenuruT Adhie Massardi, nasionalisme bisa diciptakan melalui dunia pendidikan dengan menciptakan kompetisi-kompetisi, misal cerdas cermat, sehingga generasi muda tidak sempat untuk berpikir ke hal yang negatif.

"Pemerintah harus terus-menerus menciptakan kompetisi sehingga masyarakat dan negara terbiasa dengan kompetisi sehingga bisa membuka kesempatan dan komunikasi baru. Dengan begitu kita tidak sempat berpikir hal-hal negatif dan merusak," katanya.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016