Paling tidak satu atau dua tahun ke depan kebutuhan garam industri yang sampai 1,2 juta ton itu bisa terpenuhi kalau pabrik yang dikembangkan mulai berproduksi."
Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membantu Indonesia terlepas dari ketergantungan garam impor dengan membantu pengembangan pabrik garam industri dan farmasi.

"BPPT melakukan kontrak kerja sama untuk pelayanan teknologi kepada PT Garam untuk perencanaan dua pabrik garam industri di Sampang, Madura," kata Direktur Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Imam Paryanto di Jakarta, Selasa.

PT Garam (Persero), menurut dia, merencanakan membangun pabrik garam industri khusus untuk pangan olahan, dengan masing-masing kapasitas produksinya mencapai dua ton per jam dan 10 ton per jam.

Sebelumnya, Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan kebutuhan garam di Indonesia, mulai dari garam farmasi, garam industri, hingga garam makan cukup banyak dan sejauh ini pemenuhannya mengandalkan impor dari Cina, India, dan negara-negara lain.

Kebutuhan garam industri Indonesia, menurut dia, mencapai 1,2 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan untuk garam makan mencapai satu juta ton per tahun.

Sementara kebutuhan garam farmasi untuk kebutuhan infus dan berbagai macam obat-obatan, ia mengatakan mencapai 6000 ton per tahun, dan semua pemenuhan tiga jenis garam ini lebih dari 90 persen berasal dari impor.

BPPT sebelumnya telah bekerja sama dengan PT Kimia Farma memproduksi garam farmasi sebanyak 2.000 ton per tahun. Produksi garam ini diharapkan dapat ditambah 4.000 ton per tahun, sehingga dengan demikian ketergantungan 95 persen impor akan tergantikan.

"Paling tidak satu atau dua tahun ke depan kebutuhan garam industri yang sampai 1,2 juta ton itu bisa terpenuhi kalau pabrik yang dikembangkan mulai berproduksi," ujar Unggul

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan garam makan, ia mengatakan BPPT telah melakukan kerja sama dengan Pemerintah Daerah Jeneponto untuk membantu meningkatkan produksi pengolahan garam rakyat dengan teknologi.

Menurut Unggul, BPPT sebenarnya sudah sejak 1992 melakukan penelitian garam farmasi, namun tidak dikembangkan lebih lanjut karena tidak ada yang tertarik. Kali ini prototipe teknologi produksi garam farmasi dibuat lebih besar dan disertifikasi, baru ditawarkan lagi sekarang dan akhirnya ada yang tertarik.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016