Washington (ANTARA News) - Para pejabat Federal Reserve AS terbelas dalam soal waktu menaikkan suku bunga lagi dalam pertemuan kebijakan Juli lalu karena mereka mempertahankan perbedaan pandangan tentang prospek inflasi AS. Hal ini terungkap dari risalah pertemuan kebijakan moneter terbaru Fed yang dirilis Rabu waktu AS.

Beberapa pejabat Fed lebih suka menunggu hadirnya bukti yang lebih banyak bahwa inflasi AS akan naik berkelanjutan menuju target bank sentral dua persen, sementara pejabat lainnya memperkirakan kondisi-kondisi ekonomi akan segera memastikan kenaikan kembali suku bunga lagi, kutip risalah pertemuan Fed 26-27 Juli itu.

"Anggota-anggota (The Fed) menilai tepat mempertahankan pilihan kebijakan mereka tetap terbuka dan mempertahankan fleksibilitas untuk menyesuaikan sikap kebijakan berdasarkan informasi yang masuk," kata risalah.

The Fed menaikkan kisaran targetnya untuk suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25-0,50 persen pada Desember yang merupakan kenaikan suku bunga pertama dalam hampir satu dekade.

Tetapi pelambatan ekonomi global sejak awal tahun dan risiko-risiko keuangan global lainnya, termasuk Referendum Inggris yang meninggalkan Uni Eropa pada Juni, telah membuat para pembuat kebijakan Fed berhati-hati dengan menunda setiap kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Risalah pertemuan Fed Juli menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan umumnya sepakat bahwa risiko-risiko jangka pendek untuk prospek ekonomi AS telah berkurang karena "pemulihan yang cepat di pasar keuangan setelah pemungutan suara Brexit dan penambahan dalam lapangan pekerjaan pada Juni."

Namun, beberapa pejabat masih mengkhawatirkan tetap adanya risiko-risiko global jangka panjang terkait dengan keputusan Brexit.

Risalah pertemuan Fed dirilis sehari setelah William Dudley, presiden Federal Reserve New York, mengatakan "mungkin" menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan Fed September mendatang.

Tapi sekitar 71 persen dari 62 ekonom yang disurvei The Wall Street Journal bulan ini percaya The Fed akan menunggu sampai Desember untuk menaikkan suku bunga, demikian Xinhua.

(A026)


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016