Ini adalah hadiah dari kami untuk Hari Kemerdekaan Indonesia
Rio de Janeiro (ANTARA News) - Laman badan bulu tangkis dunia, www.olympics.bwfbadminton.com, hari ini menulis bahwa hantu yang menghantui Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir sejak Agustus tahun lalu akhirnya terkubur selamanya di LogoRiocentro Pavilion-4, Rio de Janeiro, Brasil, ketika mereka menjadi juara baru Olimpiade untuk ganda campuran.

Setahun lalu, menurut laman BWF, duo Indonesia ini tak henti berusaha mencari kata untuk menjelaskan mengapa mereka terkapar pada semifinal Kejuaraan Dunia yang justru berlangsung di negerinya sendiri.

Kekalahan itu bahkan terjadi saat mereka sudah dua kali memegang match point. Dan itu malah menguatkan pandangan mengenai sedang memburuknya penampilan mereka, termasuk saat kalah pada babak kedua Indonesia Terbuka kepada duo Denmark yang salah satunya justru spesialis tunggal putri.

Namun hari ini mereka menyingkirkan hantu itu dengan penampilan sempurna yang membuat pasangan Malaysia Chan Peng Soon dan Goh Liu Ying tak mendapatkan kesempatan sedikit pun untuk mengembangkan permainan.

"Dengan mengubur 21-14 21-12 lawan Malaysia mereka, Ahmad dan Natsir memberi Indonesia medali emas ganda campuran Olimpiade pertamanya," tulis BWF dalam lamannya itu.

Pada menit ke-45, Indonesia memastikan juara pada nomor ini dan dengan demikian Tontowi-Liliyana sukses menyandingkan gelar juara dunia dengan gelar juara Olimpiade.

"Saya tak bisa berkata apa-apa," kata Tontowi dalam laman BWF. "Ini adalah hadiah dari kami untuk Hari Kemerdekaan Indonesia."

Liliyana menimpali, "Akhirnya kami bisa mempersembahkan emas kepada Indonesia."

Sementara itu, lawan yang mereka kalahkan tetap tersenyum walau kalah cukup telak dengan waktu relatif singkat.

"Tentu saja kami menyesal telah kalah, namun hari ini kami telah melakukan yang terbaik. Ganda campuran tidak terlalu mendapat perhatian di Malaysia. Saya harap kini lebih diperhatikan," kata Chan Peng Soon.

Unggulan utama nomor ini dan juga juara Olimpiade 2012, Zhang Nan and Zhao Yunlei, yang memenangkan medali perunggu setelah menaklukkan rekan senegaranya Xu Chen dan Ma Jin sehari sebelumnya, tidak kalah filosofis dalam menjelaskan kekalahan mereka pada babak semifinal.

"Kami memang unggulan utama dan favorit, tetapi ada pasang surut dalam kehidupan. Tidak ada jaminan. Kami telah melakukan yang terbaik, sama sekali tidak ada penyesalan," kata Zhao.

Ketika ditanyai apakah pertandingan yang berakhir dengan medali perunggu Olimpiade itu adalah laga internasional terakhirnya, Zhao menjawab, "Saya enggak pasti akan pensiun. Mungkin ini akan menjadi pertandingan terakhir sebagai profesional. Tetapi saya enggak yakin saya sudah selesai. Yang pertama, saya ingin istirahat."

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016