Bangkok (ANTARA News) - Polisi mengidentifikasi seorang pria Thailand, Jumat, sebagai tersangka dalam penyelidikan atas serangan yang menewaskan empat orang dan melukai puluhan lainnya, dalam sejumlah pengeboman di Thailand selatan pekan lalu.

Wakil juru bicara kepolisian nasional Kissana Phatanacharoen menyebut tersangka bernama Ahama Lengha dari Provinsi Narathiwat dekat perbatasan Thailand dan Malaysia.

Pengadilan militer Thailand pada Selasa mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap seorang pria tak dikenal, atas upaya pengeboman pantai di kawasan wisata Phuket.

Kissana mengatakan Ahama belum ditahan dan belum diketahui apakah ia masih berada di dalam negeri.

"Kami hanya mengeluarkan satu surat perintah penangkapan terkait serangan bom itu, dan itu untuk Ahama. Ini karena jelas ia terkait dengan apa yang terjadi," kata Kissana.

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman tersebut, yang terjadi beberapa hari setelah warga Thailand memilih untuk menerima konstitusi yang didukung militer.

Polisi dan pemerintah mengenyampingkan keterlibatan militan asing dalam serangan beberapa jam itu dan bersikeras bahwa pelakunya berasal dari dalam negeri.

Kepala polisi nasional Jakthip Chaijinda mengatakan serangan tersebut kemungkinan berkaitan dengan referendum namun ia tidak memberikan rincian lebih jauh.

Kecurigaan jatuh pada kelompok-kelompok politik lokal termasuk pendukung mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra yang digulingkan pada 2006.

Meski para pendukung Thaksin tidak dituduh langsung, polisi pekan lalu mengatakan serangan itu dilakukan secara simultan oleh satu kelompok atas perintah seseorang. Namun tidak ada penjelasan lebih lanjut.

Kuasa hukum Thaksin telah diperintahkan untuk mengajukan tuntutan terhadap mereka yang menuduhnya mendalangi serangan bom itu.

Menteri Pertahanan Thailand Prawit Wongsuwan mengatakan, Senin, serangan-serangan itu "jelas bukanlah perpanjangan" dari pemberontakan di provinsi wilayah selatan yang berbatasan dengan Malaysia, dimana pemberontak Melayu-Muslim bertempur dalam perang separatis.

Meski demikian, beberapa pakar keamanan menekankan bahwa kelompok pemberontak di selatan memiliki catatan melakukan serangan terkoordinasi.

Kissana mengatakan polisi bekerja sama dengan Malaysia untuk menelusuri tersangka lain.

"Kami telah menerima jawaban bermanfaat dari Malaysia dan melanjutkan kasus ini," katanya.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016