Saya sudah mencintai olahraga ini. Apa pun risikonya."
Rio de Janeiro (ANTARA News) - Pebalap sepeda BMX Indonesia yang berlaga di Olimpiade 2016,  Toni Syarifuddin, menyatakan tidak jera walau mengalami cedera patah tulang bahu dan setidaknya perlu waktu dua bulan untuk pemulihan.

Bagi atlet kelahiran 13 Juli 1991 di Solo, Jawa Tengah, itu kecelakaan yang dialaminya saat berlomba di Olimpiade ke-31 di Rio de Janeiro, Brazil, adalah risiko sebagai atlet BMX yang tergolong olahraga ekstrim..

"Saya sudah mencintai olahraga ini. Apa pun risikonya," kata Toni saat berada di pos komando (posko) kontingen Indonesia di Rio de Janeiro, Jumat (19/8).

Atlet yang mulai menekuni balap sepeda BMX sejak tahun 2005 di usia 11 tahun itu juga menceritakan bahwa pernah mengalami patah tulang kaki saat berlomba di Swiss tahun 2012.

Menurut Toni, meskipun tergolong olahraga berbahaya, BMX tetap ada aturan keselamatan, seperti penggunaan helm dan perlengkapan pengamanan lainnya, sehingga tidak perlu terlalu dikhawatirkan

Toni yang tangan kirinya masih dibalut mengatakan bahwa sebenarnya setelah Olimpiade Rio de Janeiro dirinya berencana tampil di Pekan Olahraga Nasional (PON) di Jawa Barat pada September2016, namun hal tersebut tidak mungkin karena cederanya.

Runner-up
SEA Games 2011 itu menjadi atlet BMX Indonesia pertama yang tampil di ajang Olimpiade, sehingga dapat berlomba dengan atlet-atlet kelas dunia lainnya.

Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Sepeda Seluruh Indonesia (PB ISSI) Raja Sapta Oktohari, lolosnya Toni ke Olimpiade di Rio de Janeiro 2016 juga merupakan prestasi sendiri dalam sejarah BMX nasional.

Berkat perjuangan Toni dan rekan-rekannya meraih poin demi poin dalam berbagai turnamen tingkat internasional, nama Indonesia pun masuk dalam daftar peserta BMX Olimpiade.

Ia juga memuji semangat Toni saat berlomba di perempat final di sirkuti Olympic BMX Center tersebut.

Toni jatuh setelah melayang terbang setinggi tiga meter saat melintasi tanjakan di lintasan sirkuit tersebut. Hembusan angin kencang mengakibatkan jatuhnya tidak sempurna.

Dengan tangan kiri tidak bisa memegang setang sepeda karena cedera, Toni tetap berjuang menyelesaikan lomba hingga mencapai finis.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016