Sukabumi (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Jawa Barat berharap kenaikan harga rokok ini tidak hanya sebatas wacana, tetapi harus terlaksana dan disegerakan oleh pemerintah pusat.

"Kami mendukung langkah pemerintah pusat untuk menekan angka pecandu rokok di Indonesia dengan menaikan harga rokok menjadi Rp50 ribu untuk setiap bungkusnya atau ada kenaikan dua hingga kali lipat dibandingkan harga lamanya," kata Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan dan Promosi Kesehatan (SDKPK) Dinkes Kota Sukabumi, Irma Agristina kepada Antara di Sukabumi, Sabtu.

Menurutnya, seharusnya harga rokok tersebut semakin tidak terjangkau khususnya oleh pelajar, karena dampak buruk dari kecanduan merokok tidak hanya mengganggu kesehatannya saja, tetapi bisa merusak psikologi si pencandu khususnya dari kalangan pelajar.

Baca Juga : Fakta-fakta mencengangkan soal perokok di Indonesia

Tidak menutup kemungkinan, akibat naiknya harga rokok ini akan ada yang pro dan kontra, tetapi dampak buruk rokok ini lebih besar dari pada manfaatnya. Karena dengan semakin banyak pelajar atau usia produktif kecanduan rokok, maka tingkat kesehatan di masyarakat akan terus berkurang.

Sebab dampak buruk asap rokok ini tidak hanya bagi si perokoknya saja, tetapi orang lain yang ikut menghisap racun yang terkandung dalam asap rokok itu, bahkan bahayanya lebih tinggi.

"Menaikan harga rokok tidak serta merta mengurangi secara drastis jumlah pecandu, tetapi diharapkan ada dampak positifnya seperti jumlah anak dan kelurga yang merokok berkurang. Sehingga rokok tidak bisa dibeli dengan mudah oleh seluruh kalangan, kecuali mereka yang mempunyai uang lebih," tambahnya.

Di sisi lain, pihaknya miris dengan kondisi peredaran rokok yang dijual secara bebas baik oleh supermarket, minimarket hingga warung kecil kepada pelajar. Bahkan, pelajar secara terang-terangan merokok di depan umum yang masih menggunakan seragamnya.

Baca Juga : Generasi muda diharapkan tak lagi sentuh rokok

Walaupun dinkes belum melakukan survei untuk jumlah pelajar yang merokok, tetapi dari pantauan dan sosialisasi Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di beberapa sekolah, ternyata cukup banyak pelajar tingkat SD yang sudah merokok, belum lagi pelajar tingkat SMP dan SMA.

"Maka dari itu, dari pada generasi penerus bangsa ini rusak akibat asap rokok, lebih baik pencegahan di lakukan sejak dini," kata Irma.

Pewarta: Aditya A Rohman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016